hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Suamiku Adalah Kakak Pacarku

Suamiku Adalah Kakak Pacarku

Author:Stella

Roman Dewasa | Finished

Introduction
Menikahlah saja denganku. Aku akan menceraikanmu dalam tiga bulan. Kamu lihat sendiri adikku orang yang berengsek." Aku baru saja menyaksikan kekasihku berselingkuh di depan mataku dan dilamar oleh kakak kekasihku di depan kamar hotelnya. Apa yang harus aku lakukan? Akankah dia terluka jika aku menikahi kakaknya? Atau akankah dia menganggapku gila? Cintaku dalam sembilan tahun pupus begitu saja dan sekarang aku harus menjadi istri dari seorang Komandan yang lumpuh. Kenapa hidupku berubah berantakan dalam sekejap?
Show All▼
Chapter

  "Ahh.. ahh.. Sayang kamu sangat kuat! Jangan begitu, dong!"

  "Kamu cantik sekali sih, sayang!"

  Tanganku yang sudah memegang kenop pintu membeku begitu saja. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Pacarku Harto Susilo bermain di belakangku dengan wanita lain. Hatiku serasa hancur-sehancurnya. Padahal sebentar lagi kita akan menikah.

  "Sayang, aku sangat mencintaimu tetapi sayangnya aku masih pacarnya kakakmu. Aku juga tidak ingin menikah dengannya terlebih aki sedang mengandung anakmu sekarang!" Ucap wanita itu lagi. Kepalaku serasa dipukul dengan besi besar mendengar perkataannya.

  "Tidak apa-apa, sayang! Kalau kakakku tahu kamu sedang mengandung anakku, dia pasti akan melepaskanmu untukku!" Jawab Harto dengan santai.

  Aku menggigit bibirku keras, aku merasa tidak tahan lagi mendengar pembicaraan mereka. Tetapi, ketika aku akan pergi, suara wanita itu kembali membuatku berhenti.

  "Lalu bagaimana dengan Annisa Kemuning? Bukankah kamu juga ada sesuatu dengannya?" Ucap wanita itu dengan manja.

  "J*lang itu! Lupakan saja, dia tidak penting. Lagipula aku mengencaninya hanya karena ayahnya mendonorkan matanya untukku. Kalau bukan karena itu, aku pasti sudah menendangnya dari Grup Sahara." Suara Harto begitu jelas di telingaku, jadi tidak mungkin aku salah dengar. Selama ini, aku yang bekerja sebagai sekretaris untuknya memang menjalin hubungan kekasih. Tetapi, aku tidak pernah tahu kalau ternyata semua yang terjadi di antara kami hanyalah kebohongan.

  Lagi-lagi suara mereka yang sedang bercinta terdengar kembali dan membuatku ingin muntah. Tetapi, kebohongan yang dia ucapkan barusan membuatku lebih mual.

  Apa yang aku lakukan selama ini? Aku sudah mencintainya selama sembilan tahun sejak kita SMA. Aku masih ingat betapa baik perlakuannya padaku, betapa dia menyayangi dengan sepenuh hati dan ternyata semua itu hanya kebohongan.

  Dasar Annisa bodoh!!

  Aku menjambak rambutku dengan kedua tanganku dan berusaha menahan isakan keluar dari mulutku. Air mataku sudah bercucuran, aku berusaha menggigit bibirku dengan keras supaya isakanku tidak terdengar, tetapi semuanya sia-sia.

  Luka di hatiku terlalu lebar, aku berteriak keras dan menggedor-gedor pintu kamar hotelnya. "Harto, dasar manusia sampah! Kenapa kamu tega sekali?" Ucapku diiringi isakan dan air mata yang terus membanjiri wajahku.

  Sepertinya mereka juga tidak menyangka dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Suara gesper yang dipasang dan ranjang yang berdecit terdengar sebelum pintu terbuka.

  Tetapi, ketika Harto keluar tidak ada ekspresi penyesalan sama sekali di matanya. Dia menatapku dengan datar, seolah-olah dia tidak mengenalku sama sekali. "Annisa karena kamu sudah dengar, jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi padamu. Orang yang aku cintai selama ini adalah Endah. Aku akan membayarmu jika kamu merasa dirugikan.

  Aku tersenyum di tengah air mataku yang terus turun. Dia bahkan tidak peduli walaupun aku tampak sangat payah seperti ini. "Aku hanya ingin bertanya satu hal.." ucapku dengan senyuman.

  "Katakan!"

  Aku menutup mataku selama beberapa detik dan menarik napas dalam sebelum bertanya. "Harto, selama sembilan tahun ini apakah kamu pernah mencintaiku?"

  Aku menatap wajahnya penuh harap, tetapi aku tidak bisa menemukan apapun di matanya. Hanya ada kekosongan dan tatapan matanya yang dingin membuat punggungku terasa merinding.

  "Tidak." Ucapnya singkat kemudian.

  Secara tidak sadar tanganku terangkat dan aku menampar pipinya dengan keras. Satu ucapan yang keluar dari mulutnya benar-benar membuatku hatiku yang sudah hancur semakin hancur berkeping-keping.

  "Lalu kenapa kamu tidak pernah mengatakannya? Kenapa kamu bersikap seolah-olah kamu mencintaiku selama sembilan tahun ini? Kenapa kamu berbohong padaku, Harto?" Tanyaku diiringi isakan. Suaraku yang meninggi bahkan mengejutkan diriku sendiri.

  Aku mengangkat tanganku dan memukul-mukul dadanya kencang. Sebelumnya pria ini adalah segalanya untukku. Dia adalah alasan aku hidup dan dia adalah satu-satunya harapanku. Tetapi, dia menghancurkan semua mimpi indahku dengan cara yang paling menyakitkan.

  Tetapi, lebih buruknya lagi aku masih berharap kalau Harto hanya berpura-pura. Dia mungkin sangat mencintaiku dan hanya ingin menguji kesetiaanku, kan?

  "Tetapi, Harto. Aku percaya kamu tidak melakukan ini semua. Pasti kamu hanya ingin mengujiku, kan? Katakan. Aku tidak akan marah kalau kamu jujur." Ucapku sambil menyentuh pipinya. Tetapi, dia memalingkan wajahnya dan menghindari sentuhanku. Tanganku tertahan di udara dan rasa sakit lagi-lagi menghantam hatiku.

  Saat itu, seorang wanita cantik keluar. Dia hanya menggunakan kemeja putih Harto yang tampak sangat besar di tubuhnya dan mempertontonkan kaki jenjangnya yang indah.

  "Jangan naif! Kamu sudah dengar kalau yang dia cintai itu aku, Endah Rachmawati. Bukan kamu, Anisa!" Dia terlihat cantik dan baik hati, tetapi begitu dia membuka mulutnya hanya kalimat menyakitkan yang keluar.

  Aku meraih tangannya yang mungil dan putih dan mencengkramnya erat. Dia tampak mengernyit kesakitan, tetapi aku tidak peduli. "Oh, ternyata kamu. Kamu yang menggodanya lebih dulu, kan!"

  "Harto.. Harto.. Tolong, tanganku sakit!" Suaranya terdengar begitu manja dan membuatku ingin mencekik lehernya yang indah.

  Tetapi, Harto dengan cepat melepaskan cengkraman tanganku dari tangan Endah dan mendorongku menjauh.

  Kekuatannya begitu besar dan membuat tubuhku terpelanting begitu saja. Aku terdorong hingga kepalaku menghantam tembok dan rasa sakit di kepalaku membuatku pandangan menggelap selama beberapa detik. Aku mengangkat tanganku dan meraba kepala belakangku. Aku merasakan sesuatu yang mengalir dan ketika aku melihatnya, ternyata kepalaku berdarah. Aku melihat darah yang menempel di tanganku dan menatap Harto yang tampak terkejut dengan tawa sinis. Tetapi, rasa sakit di kepalaku membuatku kesulitan untuk bicara.

  Aku tidak tahu kalau Harto adalah orang yang bisa bersikap sekasar ini. Dia berlari mendekatiku dan meraih tanganku yang berdarah. "Annisa, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk…"

  "Menjauh darinya!" Ucapannya terpotong oleh suara berat dan serak dan ujung koridor.

  Di ujung koridor, seorang pria tampan dengan alis yang menyerupai pisau yang indah mendekat. Dia menggunakan seragam tentara dan membuat kharismanya bahkan berkali-kali lipat. Sayangnya dia menaiki kursi roda, dengan seseorang lainnya yang mendorong kursi rodanya.

  Aku jelas tahu siapa dia. Dia adalah Kristiono Susila, kakak Harto yang juga merupakan tunangan Endah Rachmawati.

  Pria itu menatap Harto dan Endah bergantian dan senyum sinis muncul di bibirnya ketika dia melihat pakaian yang dipakai Endah.

  "Sayang, kenapa kamu sudah sampai? Ke.. kenapa kamu tidak bilang kalau kamu datang lebih awal?" Ucap Endah panik. Dia pasti tidak menyangka kalau dia akan tertangkap basah seperti ini. Sementara itu, Harto hanya bisa menundukan kepalanya. Tadi, dia bersikap seolah-olah dia tidak bersalah. Tetapi, sekarang dia tampak seperti anak kecil yang ketahuan mencuri permen.

  "Hanung, bawa gadis ini ke rumah sakit." Ucapnya pada pria yang mendorong kursi rodanya. Aku hanya terdiam, luka di hatiku masih basah, dan sekarang aku juga punya luka fisik yang cukup parah.

  "Siap, Komandan!" Ucap pria bernama Hanung itu dengan hormat. Tetapi, ketika dia akan menggendongku, aku berdiri terlebih dahulu. "Tidak perlu, aku bisa sendiri."

  Setelah itu aku pergi begitu saja meninggalkan tempat itu, tidak menatap siapapun yang ada di belakangku.

  Aku menunggu lift sambil menyandarkan kepalaku yang terasa berat di tembok. Sebenarnya aku sangat pusing dan mungkin aku bisa kehilangan kesadaran kapanpun. Tetapi, aku tidak ingin pergi kemana-mana selain rumah sekarang. Ketika lift terbuka aku segera masuk. Belum sempat aku menutupnya, Kristiono masuk bersama bawahannya. Tidak ada yang mengatakan apapun di dalam lift, dan ketika kita sudah sampai di lantai dasar aku hanya menunduk sedikit sebelum melanjutkan langkahku. Kakiku terasa gemetar, tetapi apartemenku masihlah sangat jauh.

  Ketika aku sedang menunggu taksi di depan hotel, sebuah mobil Land Rover berwarna hitam berhenti di hadapanku dan Kristiono menatapku dengan lembut. "Lukamu parah. Tolong izinkan aku membawamu ke rumah sakit."

  "Saya baik-baik saja. Anda bisa pergi." Ucapku sembari berlalu. Tetapi, tanganku diraih oleh seseorang. Ketika aku menoleh, Hanung sudah meraih tanganku dengan Kristiono yang menatapku dari dalam. Dia begitu mirip dengan Harto, tetapi sekarang itu malah membuatku muak.

  "Masuk!" Ucapnya dengan nada yang memerintah.