hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Poor Man VS Rich Girl

Poor Man VS Rich Girl

Author:Young Lady

Menantu | Finished

Introduction
STOP! CUKUP! Kehidupan Senandika Candramawa yang hidup nelangsa sudah cukup sampai di sini. Ia tidak mau selamanya terkungkung menjadi bodyguard yang lemah dan diinjak-injak oleh istrinya sendiri. Ellie Jeremy, istrinya yang berstatus CEO selalu menyombongkan dirinya. Senandika dianggap menjadi lalat pengganggu dalam kehidupan rumah tangga. Ia diremehkan, dikucilkan, dan dibenci. Sudah cukup! Senandika akan memutarbalik kehidupan. Ia berikrar untuk menyumpal omongan jahat semua yang mendera batinnya. Ia akan kaya. Ia yakin. Tunggu saja pembalasan dendamnya! Lihat saja nanti!
Show All▼
Chapter

“KAKEK KRITIS?” tanya Ellie hampir pingsan.

Napas Ellie sudah memburu tak karuan. Perempuan itu merupakan gadis blasteran Korea-Indonesia yang berstatus sebagai CEO Jeremia's Fashion.

Ellie dapat dikategorikan sebagai perempuan yang tinggi, kulit kuning langsat layaknya wanita keturunan Korea pada umumnya, bermata lebar, dan rambut cokelat bergelombang panjang sepunggung.

Tadi pagi, Senandika, bodyguard Ellie, tengah berjaga di lorong ruangan meeting. Setiap hari, sebelum beraktivitas Jerimia’s Fashion selalu mengadakan meeting terlebih dahulu.

Kali ini, lima belas menit setelah meeting dimulai, Ellie keluar dengan telepon di telinga. Ia langsung berlari ke basement dengan kesetanan. Katanya Kakeknya kritis.

Tidak sempat menghubungi sopir yang ngopi-ngopi, Ellie langsung menyuruh Senandika untuk menjadi sopir. Senandika ingin protes, tapi apa dayanya?

Maka dari itu, Ellie saat ini tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kakek Ellie merupakan orang tua satu-satunya yang tersisa dari pihak ayah maupun ibunya.

Kakek Ellie merupakan kakek yang berasal dari ayahnya. Kakek Ellie memang bolak-balik masuk rumah sakit dua tahun belakangan, namun ia tidak mengidap penyakit kronis.

Akan tetapi, secara tiba-tiba, tadi pagi, Kakeknya terpleset tangga. Semua kondisinya baik-baik saja. Namun, secara tiba-tiba, kakeknya dinyatakan kritis.

“CEPETAN DONG!” Ellie bersungut marah pada Senandika.

Senandika hanya mendengus kesal.

*

Setibanya Ellie di rumah sakit, ia langsung lari ke UGD. Tampaklah Kakeknya sudah dipasangi berbagai perabotan mesin rumah sakit. Ellie sempat menanyakan kepada dokter mengenai kondisi kakeknya, mereka mengatakan, kepala kakeknya terbentur begitu keras sehingga terjadi pendarahan di dalam otak.

Saat ini, di ruang UDG tengah berkumpul semua anggota keluarganya. Ayah dan Ibu Ellie serta keluarga dari pihak Ayah. Om Farhan, Tante Tiara, semuanya. Ellie tak bisa menyebutnya satu-satu.

Sekarang, kakeknya berhasil siuman. Sungguh keajaiban dari Tuhan Yang Maha Esa. Ellie sampai tak mampu berkutik dan mengatakan apapun lagi.

Bibir kakek Ellie bergetar. Ia mencoba untuk meraih tangan Ellie, “Ellie..”

Ellie sigap meraih tangan kakeknya. Rasanya lutut Ellie begitu lemas. Kakeknya merupakan satu-satunya kakek yang masih hidup. Sementara yang lain sudah tiada.

“Sini..”

Ellie lebih mendekat pada kakeknya. Ellie jongkok dan mendengar setiap perkataan Kakeknya dengan seksama.

“Ellie, maukah kau menuruti keinginan Kakek?”

“Ya, apapun. Semua.” jawab Ellie cepat tanpa berpikir.

“Kakekmu memiliki hutang yang besar…” ucapnya dengan merintih.

“Semuanya akan Ellie lunasi. Tenang saja, Kek, Kakek tidak perlu khawatir, yang paling penting, kakek sembuh!”

“Kakek memiliki hutang kepada keluarga Candramawa, bodyguard kamu, Ellie.. Tolong menikahlah dengannya..”

Semua yang ada di ruang UDG saling menatap satu sama lain. Matanya kemudian terantuk pada Senandika Candramawa yang berdiri di sudut ruangan. Ia hanya menatap tak mengerti.

Senandika mendongak. Semua orang menatap matanya. Ia merasa aneh. Namun Senandika hanya berdiri di sudut ruangan dan mengindahkan pandangan itu.

Saat pandangan mata mereka teralihkan kepada Senandika, monitor itu berbunyi beep begitu panjang. Nafas terakhir Kakeknya sudah terhembus dan lenyap tertelan angin.

Jantung Kakek berhenti berdetak. Menyisakan wasiat yang tidak dapat diterima nalar.

Senandika melihat kondisi Kakek Ellie. Setelah bunyi beep panjang, dokter memerika kondisi Kakek Ellie. Kemudian menggeleng pelan. Seolah-olah mengatakan, percuma. Sudah tiada.

Lantas, dokter langsung mengumumkan kematian kakek Ellie. Sontak, tangisan pecah memenuhi ruangan.

Ellie meraung-raung. Ia begitu kehilangan kakeknya.

*

Hujan turun. Tidak deras. Hanya gemiris deras dengan langit yang kelabu. Suasana rumah Ellie menjadi ramai. Ellie meminta untuk kakeknya dipulangkan ke rumahnya. Dimandikan, dikafani, dan dikuburkan sebagaimana umat muslim lainnya.

Senandika masih mengamati seluruh ruangan. Meskipun dalam suasana berkabung, ia sebagai bodyguard harus tetap siap siaga jikalau ada hal-hal yang mencurigakan. Namun sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Kondisi pemakaman berjalan dengan baik dan khidmat.

Senandika melihat Ellie, atasannya. Ia masih menangis. Namun tidak sehisteris di rumah sakit tadi.

Syukurlah. Senandika membatin.

Namun, Senandika merasakan keanehan luar biasa. Selama prosesi pemakaman ini, seluruh mata tertuju padanya. Senandika mengabaikan hal itu. Padahal itu sangat mengganggu hatinya.

Kalau misalkan mereka menatapnya dengan tatapan baik dan penuh kesopanan tidak apa-apa, sementara ini, tatapan mereka? Ini tatapan jijik. Senandika mendecak. Ada apa sebenarnya?

*

Ayah Ellie merupakan orang Indonesia asli. Kakek Ellie itu memiliki satu perusahaan besar dengan anakan perusahan induk. Segala sesuatu dengan brand Jeremia’s merupakan milik kakek. Ellie mendengar, dulu, Kakeknya bukanlah orang yang kaya. Mereka berusaha dari 0 membuka usaha jasa menjahit hingga menjadi besar hingga sekarang ini.

Jeremia’s Fashion memiliki beberapa anak perusahaan, berupa butik. Butik pakaian pengantin, gaun pesta, setelan pria, dan tas wanita. Sementara kekayaan dari pihak Ibu Ellie ialah perusahaan marketing yang masih berjalan di Korea Selatan.

Ketika masa berkabung itu telah usai. Semua pihak keluarga melakukan pertemuan di rumah Ellie. Mereka membahas terkait dengan pembagian harta warisan dan wasiat. Jeremia’s Company merupakan perusahaan besar di Indonesia. Saat ini, Ellie sudah duduk di posisi CEO karena kepercayaan kakeknya padanya. Mungkin selamanya seperti itu.

Mereka membuat peraturan pembagian saham, peraturan pembagian keuntungan, dan lain sebagainya.

Ketika itu hendak berakhir, mereka turut menyertakan wasiat kakeknya. Pernikahan Ellie.

“Ini merupakan perintah Kakekmu!”

Ellie berteriak, “TIDAK!”

“AKU TIDAK SUDI MENIKAH DENGANNYA!” teriak Ellie.

Semua orang di sana juga sama. Mereka tidak setuju. Akan tetapi, wasiat tetaplah wasiat.

“AKU TI-DAK SU-DI!”

Ellie keluar dari ruangan, tepat ketika itu Senandika berdiri di balik ruangan. Senandika sedari tadi menunggu dari balik pintu. Ia diam-diam mendengar percakapan itu. Bahwa Kakek Ellie meminta dirinya untuk menikah dengan Ellie. Senandika juga bingung. Mengapa ini terjadi.

Saat Ellie keluar ruangan, Senandika melihat kemarahan di mata Ellie. Tugas Senandika sebagai bodyguardnya ialah mengikutinya dalam jarak aman kalau-kalau terjadi sesuatu.

Senandika melangkahkan kaki mengikuti Ellie yang berurai airmata.

“TIDAK PERLU MENGIKUTIKU! Pergi!” teriaknya menggaung di lorong rumah Ellie.

Langkah Senandika terhenti. Ia mundur. Membiarkan Ellie berjalan.

Siapa juga yang ingin mengikuti macan yang kesetanan?

*

Tindakan Senandika selalu berselisihan dengan naluri hatinya. Ia ingin membiarkan Ellie berkeliaran sendiri. Akan tetapi, keselamatan gadis itu ialah prioritas Senandika.

Senandika bekerja menjadi bodyguard Ellie sudah lima tahun lamanya. Selama itu pula, ia sudah mengetahui kepribadian Ellie. Perempuan yang dinamis dan penuh dengan gejolak.

Senandika mengamati Ellie dari kejauhan. Perempuan itu tengah menangis meraung-raung di taman. Senandika sedikit banyak mendengar percakapan yang terjadi di luar.

Kakek Ellie menjodohkan dirinya dan Ellie. Senandika ingat betul, sebelum menjadi bodyguard Ellie, ia terlebih dahulu menjadi bodyguard Kakek Ellie. Kakek Ellie begitu menyayangi dirinya. Entah mengapa. Senandika hanya tidak bisa berpikir.

Mengapa Kakek Ellie menjodohkan dirinya dan Ellie? Mengapa ia menuliskan wasiat seperti itu? Apa tujuannya? Senandika tidak tahu.

Saat Senandika bersembunyi dari balik pepohonan, memerhatikan Ellie. Mata Ellie tertuju padanya. Dengan beringas, Ellie menghapus air matanya. Ia berjalan cepat ke arahnya.

PLAK!!

Sebuah tamparan mengenai pipi Senandika. Pupil Senandika melebar tak percaya.

“KAU PELAKUNYA! Ini semua salahmu!”

Ellie mulai meracau. Emosinya memuncak hingga ke ubun-ubun. Amarah menguasai dirinya.

“KAU TAHU! KAU menghasut Kakekku sewaktu kaupernah menjadi bodyguardnya! Tak perlu mengelak, mengaku saja!”

“Apa? Maksudmu?”

Senandika benar-benar tak mengerti maksud Ellie. Tidak pernah sedikitpun Senandika mencoba menghasut Kakek Ellie semasa hidupnya.

“PEMBOHONG!”

Nafas Ellie memburu. Ia tidak percaya harus menghadapi bodyguard rendahan di hadapannya. Bodyguard yang kelak harus dinikahinya beberapa hari lagi. Ia emosi jelas.

“Mengaku saja! Tidak perlu mengelak! Kau penuh muslihat! MUNAFIK!”

Senandika terdiam. Di matanya tersulut emosi yang sama.

“AKU, tidak akan tinggal diam! Kau memang akan menikah denganku, tapi hidupmu, akan menderita! Kecamkan itu!” sumpah Ellie dan berlalu pergi.

*