“Apakah hari ini kamu menggunakan wangi lavender?” lelaki bertubuh tinggi dengan hidung bagaikan seluncuran mendekati tubuh gadis bernama Jeana. Perempuan itu lalu melangkah mundur, wajahnya gugup melihat lelaki itu mendekati tubuhnya.
“Aku hanya menanyakan tentang wewangian yang kamu gunakan, aku bahkan tidak berselera dengan tubuhmu!” ucapnya. Jeana bergedik terheran melihat ekspresi kaku dari lelaki yang resmi berstatus sebagai suaminya beberapa jam lalu.
“Aku suka wangi lavender, jadi kamu sebisa mungkin menggunakan wangian itu untuk tubuhmu!” sahutnya lalu memakai jas dan menutup pintu. Jeana hanya menatapnya dengan pandangan bahagia sesaat Leo sudah menghilang dari hadapanya.
“Owh yah!” ujarnya lagi. Lelaki itu membuka pintu kamar dan berjalan mendekati Jeana. Jeana mundur beberapa langkah. Badannya serasa tegang sesaat. Lelaki dingin itu menatapnya intens dan mendekatkan tubuhnya. Menginpit Jeana yang sudah bersandar di dinding. Aroma maskulin dari tubuh lelaki itu membuat Jeana gugup sesaat.
“Saat di tempat kerja, jangan pernah panggil aku dengan sebutan suami!” ucapnya. Deru nafas begitu terasa dan menusuk. Leo mengendus dan menikmati aroma lavender dari tubuh Jeana lalu pergi segera dan menutup pintu kamar tanpa senyuman.
“Tapi lelaki itu aneh, mengapa dia hanya datang untuk menikmati parfum yang aku kenakan lalu pergi meninggalkanku begitu saja, bukankah lumrahnya, pasangan suami istri akan melakukan sesuatu hal di malam pertama!” batin Jeana sesaat.
“Syukurlah dia tidak sekejam yang ada dibenakku!” sambungnya sambil mengusap dada dan menghembuskan nafas. Jeana lalu melangkahkan kakinya menyusuri beberapa interior yang berada di kamar itu. Kamar tuan Leo berukuran besar bahkan hampir sebesar rumahnya.
“Kamu tahu Jeana, besok malam akan ada pesta penyambutan keluarga bangsawan yang baru. Kamu harus memakai pakaian bagus dan jangan membuat aku malu!” tegasnya dan menutup kembali pintu kamar itu. Mata Jeana membola melihat penampakan Leo yang hanya memakai celana pendek.
“Jangan merepotkanku di dalam kamar, dan jangan selalu mengikutiku!” sahut Leo dari luar. Jeana mendengarkan itu samar-samar, dia duduk di kasur bagaikan patung dan mengatur ritme detak jantungnya.
***
Leo menuruni anak tangga dan mendapati Jeana sedang mempersiapkan sarapan pagi, di meja makan terlihat lelaki paruh baya bernama Andra, yang tidak lain merupakan ayah kandungnya. Pemegang saham terbanyak di perusahaan manufacture. Ayahnya mengamati Jeana yang cekatan membuat nasi goreng untuk mereka. Andra sangat menyukai Jeana karena kesabaran dan sosok penyayang dari Jeana. Itulah mengapa Andra mengancam Leo untuk menikahi Jeana.
“Cup!”
Leo mengecup pipi Jeana dan membiarkan Jeana terpatung beberapa menit akibat aksinya yang tiba-tiba. Andra hanya tersenyum melihat sepasang suami istri yang baru menikah itu memperlihatkan keromantisan di depannya. Walaupun bagi Leo, itu adalah kepalsuan karena dia tidak akan tega untuk menghianati Sela.
Sela, model internasional dengan bodi yang hampir sempurna menjadi tambatan hati Leo Vernando. Bahkan Leo telah berjanji untuk selalu bersama Sela. Walaupun model itu tidak menginginkan sebuah pernikahan dari Leo. Dia hanya menginginkan Leo berada disampingnya bahkan Sela tidak ingin mengandung anak Leo. Dia tidak ingin bentuk tubuhnya akan berubah dan menganggu kariernya sebagai model internasional.
“Kamu suka roti bakar?” Ucap Jeana melirik Leo yang duduk di sampingnya dan memberikan roti bakar selai cokelat yang baru saja dia panggang. Leo mengambil roti bakar itu dan mencicipinya.
“Leo, aku ke atas dulu, kamu lanjut makan dengan Jeana,” seru lelaki paruh baya itu dan berjalan dengan tongkatnya. Sesaat Andra sudah menghilang dari balik pintu, Leo memandangi istrinya dengan wajah sinis.
“Jeana, kamu jangan harap aku memperlakukanmu istimewa,” bisiknya. Jeana lalu merasa bulu kuduknya berdiri mendengarkan kata-kata Leo yang menghakiminya akibat ciuman pipi tadi.
“Bukankah dia yang lebih dahulu menciumku?” batinya.
“Ia, bagiku itu hanya sandiwara bukan?” ucap Jeana santai.
“Aku menyukai perempuan penurut sepertimu!” tegas Leo.
“Ingat yah, aku bahkan tidak akan menyentuh dirimu atau pun melakukan hal yang lebih. Aku menikahimu agar saham papa jatuh di tanganku dan tidak lebih dari itu!” tegasnya sambil memandangi mata lentik Jeana.
“Jika kamu mempunyai kekasih, kamu bisa bersamanya juga,” serunya lalu meninggalkan Jeana di meja makan.
“Owh yah!” dia membalik badan dan mengarahkan pandangan ke Jeana lagi.
“Aku akan membuat surat perjanjian denganmu. Jika suatu saat kamu jatuh cinta padaku. Maka kamu harus membayar beberapa juta dollar untuk itu. Jadi apapun yang kamu lakukan di rumah ini, usahakan jangan membuat hatimu menyukaiku!” tegasnya.
“Satu lagi, hari ini aku akan berkencan dengan Sela dan mengginap di salah satu hotel. Kamu jangan menungguku. Lakukan aktivitasmu seperti biasa yaitu berkuliah dan tetap layani aku seperti seorang suami tapi tanpa ada cinta!” ujarnya lalu menuju sebuah meja kerja di samping dapur,
“Apakah dia benar-benar gila?” batin Jeana. Leo lalu menuju kearahnya dan memberikan sebuah kertas bertuliskan kotrak kerja sama. Jeana menelan salivanya dan menatap kertas itu.
“Di sini sudah tertulis dengan jelas kesepakatan kita, kamu tidak bisa mencintaiku dan melakukan hal apapun dengan alasan cinta dan aku juga tidak akan melakukan itu. Kamu tidak perlu mengikutiku kemana pun.”
“Jelas?” serunya.
“Tapi..”
“Tidak ada tapi-tapi, kamu wajib melakukan itu,” sambungnya. Dia lalu bergegas menjauhi Jeana dan kembali ke meja kerjanya.
“Aku punya kencan buta dengan Sela dan kamu jangan pernah mengangguku!” ucapnya.
Jeana menghela nafas panjang lalu menuju kamar dan membersihkan tubuhnya pagi ini. Dia tidak akan melakukan tugasnya sebagai istri karena Leo tidak menyukainya. Dia hanya perlu melayani makan dan perlengkapan kantor lelaki itu.
“Mengapa seperti wangi bunga melati, apakah kamu tidak memakai wangi lavender lagi?” Leo yang masuk di dalam kamar segera mendekati Jeana yang baru saja keluar dari kamar mandi. Jeana memundurkan langkahnya, menjauhi Loe bahkan tingginya hanya sampai pada dada lelaki itu.
“Aku bukan kuburan, mengapa wangi melati?” seru Jeana terheran. Leo mendekati tubuhnya, memastikan bahwa indra penciumanya tidaklah salah. Bahkan jarak mereka hanya beberapa sentimeter membuat bulu kuduk Jeana berdiri dan jantungnya bergetar lebih cepat dari biasanya. “Ini bau melati!” ucap lelaki itu. “Aku tidak suka!” sambungnya. Jeana melangkah mundur, satu sentimeter lagi Leo akan merapatkan tubuhnya dan akan membuat jantung Jeana berdetak lebih kencang lagi.
“Kamu kira aku akan menciummu?”
“Aku hanya menyukai aroma tubuhmu, lagian perjanjian itu sudah jelas bahwa aku tidak akan menyentuhmu!” tegasnya. Leo lalu pergi dari kamar itu dan meninggalkan Jeana dengan wajah terheran.
Jeana lalu berganti pakaian dan memutuskan untuk menghindari Leo hari ini. Berdekatan denganya membuat dia merasakan jantungnya sudah tidak normal. Apakah karena Leo yang merupakan lelaki dewasa yang selalu berdekatan dengan dirinya? Tapi Jeana merasa bahwa lelaki itu benar-benar tidak waras.
"Apakah dia sudah menikah dengan lelaki yang gila?" batinnya.
Bersambung…