hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Great Night Best Friend

Great Night Best Friend

Author:ARCELYOS

Roman Dewasa | Finished

Introduction
(Sekuel novel Tuanku Sayang) Arshavina Zyantisha (Arsha) merupakan gadis 25 tahun yang dibesarkan oleh Ayahnya yang duda dan bersahabat baik dengan anak tetangganya Yuga Batara Yudhistira sejak kecil. Suatu hari sang Ayah memaksa Arsha untuk menikah dan diancam akan dijodohkan jika tidak bisa memenuhi keinginan Ayahnya tersebut. Siapa sangka hal itu malah membuka kenyataan bahwa Yuga sebenarnya mencintai Arsha. Keduanya melewati sebuah malam panjang yang hebat, dimana Arsha dan Yuga saling melepaskan kesucian masing-masing. Mereka berpikir cinta mereka akan baik-baik saja karena kedua orangtuanya setuju. Akan tetapi semua yang terjadi diluar ekspektasi. Masalah muncul sejak Arsha bertemu Presdir Diraya Suryakancana, lelaki itu jatuh cinta padanya dan hendak dijodohkan dengan Arsha. Berbagai konflik muncul hingga akhirnya cinta antara Arsha dan Yuga terancam berakhir. Terlebih lagi, Arsha menghadapi kenyataan bahwa ia merupakan calon penguasa perusahaan bisnis terkaya di Indonesia yang tidak bisa menikahi sembarang orang. Bagaimana mereka menghadapi hiruk pikuk kehidupan mereka? Bagaimana Arsha menghadapi Yuga dan Dira yang sama-sama mencintainya itu? Siapa yang akan Arsha benar-benar pilih sebagai cintanya?
Show All▼
Chapter

"Oke oke, tar gue ke kafe siangan ya. Gue males nyetir ih, pegel banget kemarin nyetir ke Bogor buat meeting. Tapi gue bakal nongki kok kalem."

Seorang gadis berusia 25 tahun itu tengah menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang sambil memainkan kuku-kukunya yang panjang. Sesekali ia menggaruk kepalanya yang gatal dan menyusuri giginya dengan lidah.

"Iya bawel, tar gue nyusul. Bentar ya, udah ini gue mandi. Bye!"

Gadis itu menghempaskan ponsel dari telinganya kemudian membenamkan kepala di atas sprei. Ia mengangkat kepala sambil menghela napas panjang. Tangannya menggaruk-garuk pantat, tak peduli jika akan muncul strech mark di sana.

Namanya Arshavina, ia dipanggi Arsha oleh semua teman-temannya yang terbilang cukup asik. Di usia matang seperti itu, teman-temannya kebanyakan sudah menikah dan punya anak. Akan tetapi Arsha lebih suka sendiri, menikmati pekerjaannya sebagai Bos perusahaan perhiasan dan pakaian yang ia rintis sebelum berkuliah. Kini perusahaannya sudah maju dan ia menjadi orang yang cukup dihormati.

Arsha selama ini tumbuh sebagai anak gadis tanpa sosok seorang Ibu. Ibunya meninggal saat usia Arsha masih sekitar sebelas tahun. Tumbuh tanpa sosok Ibu membuat Arsha menjadi sosok keibuan karena ia harus mengurus juga Ayahnya yang masih produktif. Ayahnya memilih untuk tidak menikah lagi meskipun fisiknya tampan rupawan. Beliau lebih memilih untuk mengurus Arsha dan mendidiknya menjadi perempuan sukses.

Sehabis bertelefon, Arsha merasa perutnya lapar. Ia menyimpan ponsel di atas nakas dan menggaruk perutnya sambil membuka pintu kamar. Perlahan ia menuruni anak tangga, melihat sosok Bi Dina yang tengah menyiapkan sarapan. Sosok Ayahnya ada di sana, beliau tengah membaca koran sambil minum kopi dan mendengarkan lagu-lagu dari musisi kondang The Beatles.

Arsha duduk di hadapan Ayahnya dan tersenyum.

"Ayah, hehe." sapa Arsha.

Ayah menurunkan kacamata bacanya dan menatap Arsha seksama.

"Anak perawan bangunnya siang amat. Lain kali bangunnya lebih pagi, jangan mentang-mentang libur." Ayah menasehati.

Arsha hanya meringis sambil menerima secangkir kopi krimer kesukaannya dari Bi Dina. Arsha menyesap kopi itu kemudian memandang sang Ayah seksama.

"Capek Yah, malem begadang nonton drakor beres ngerjain data kantor. Sampe bengkak nih mata, nangis mulu!" Arsha bercerita sambil menarik kulit bawah matanya.

Ayah memandang Arsha kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.

"Pantes Ayah lihat makin mirip panda." ujar beliau meledek.

Arsha mendengus, ia meraih sepotong tempe mendoan dan mencocolnya ke dalam kecap yang diberi bawang merah dan cabai. Mulutnya nampak nikmat memakan panganan tersebut.

"Ayah udah makan?" tanya Arsha.

"Udah, daritadi Ayah makan sama Yuga." jawab Ayah.

Yuga adalah tetangga Arsha sejak masih TK. Mereka dekat sekali, lebih dekat daripada ibu jari ke kelingking. Keduanya sudah bagaikan saudara dan selalu saling membantu. Arsha yang tidak punya Ibu jadi lebih sering main ke rumah Yuga, sekadar merecoki Ibu Yuga memasak atau menemani beliau menonton acara gosip untuk mengganti sosok Ibunya yang sudah meninggal.

"Yuganya ke mana,Yah? Tumben dia kagak bangunin ekstrim kaya biasanya."

"Habis makan dia izin nyuci mobil. Bosen kali bangunin kamu yang tidurnya kaya kucing persia."

Arsha mendengus. Yuga biasanya datang ke kamar, mengguncang-guncang ranjangnya atau naik dan meloncat-loncat. Bahkan Yuga pernah membangunkan Arsha dengan mendekatkan kaos kaki baunya pada hidung. Yuga adalah manusia laknat yang ingin sekali Arsha kutuk jadi manusia pari!

"Nanti Arsha mau ke depan ah, gangguin si Yuga." Arsha menerima piring nasi dari Bi Dina dan mulai mencomot lauk pauk. "Siang Arsha mau nongkrong sama temen. Gak apa-apa ya Ayah?"

Ayah melepas kacamatanya kemudian menaruh koran. Beliau berdeham dan memandang anak semata wayangnya itu seksama.

"Sha, gak ada keinginan nikah kah? Ayah udah tua loh Sha, udah pengen gendong cucu sebelum Ayah meninggal dan menjumpai yang maha kuasa."

Arsha yang sedang makan daging semur itu sontak tersedak. Ia terbatuk kemudian minum banyak-banyak untuk meredakan sakitnya.

Astaga! Tumben sekali Ayahnya itu menanyakan perihal menikah. Pasti Ayah terpengaruh oleh Bapak-bapak tetangga yang sering bergosip sambil menyiram tanaman di depan rumah!

"Ayah ih apa sih, aku kan masih sibuk kerja. Sibuk main dan menikmati masa muda. Yuga juga belum nikah kenapa aku di suruh nikah?" Arsha protes.

"Yuga kan cowok Sha, cowok mah mau umur berapa aja nikah gak apa-apa. Kalau perempuan itu cepat tua, selain itu Ayah udah tua, pengen lihat ada sosok lain yang bisa jagain kamu, ngurus kamu, dan juga ngasih Ayah cucu yang lucu. Itu doang kebahagiaan Ayah sebelum Ayah mati." ujar Ayah serius.

"Ayah tuh gak akan meninggal, udah sih Yah tenang aja. Ayah bakal hidup seratus tahun dan hidup bahagia sama aku. Untuk saat ini Arsha gak mau nikah dulu Yah, belom siap loh. Males banget harus ngurus orang lain, mending Arsha ngurus diri sendiri."

Ayah memandangi Arsha serius. Putrinya itu nampak memajukan bibir sambil menusuk-nusuk tempe dengan seru. Beliau menghela napas dan berdecak lidah.

"Sha, Ayah enggak lagi bercanda. Ayah udah hampir 60 tahun, udah gak muda lagi! Ayah pengen kamu ada sosok yang jagain. Kalau bisa kamu cari calon suami secepatnya, Ayah kasih waktu tiga bulan."

Arsha meletakkan garpunya dan menatap sang Ayah dengan mata terbelalak.

"Ayah ... dikira cari jodoh gampang Yah? Ya ampun Ayah ... Arsha gak bisa secepat itu. Terakhir Arsha pacaran aja pas SMA dan itu juga cuma suka-sukaan biasa aja loh. Mencari jodoh tak semudah membuka kulit nangka, Yah." keluh Arsha.

Ayah melipat tangan di atas perut dan memandang Arsha seksama.

"Kalau kamu gak dapet calon yang sesuai tiga bulan ini, Ayah sita semua rekening kamu, uang kamu, mobil kamu dan juga Ayah akan berhentikan dulu kamu kerja. Ayah gak main-main Arsha, jika kamu gak mau mencari. Biar Ayah jodohkan sama anak teman Ayah."

Arsha kesal sekali. Ini menyuruh anaknya untuk cari jodoh kok seperti menyuruh beli rokok ke warung? Arsha tidak bisa semudah itu lah! Dalam kondisi suka sendiri dan cuek seperti itu, Arsha harus dapat jodoh via apa? Di download pake VPN?

Selesai makan, Arsha segera berjalan ke arah depan rumah. Nampak Yuga yang memiliki kulit seputih porcelain itu tengah mengeringkan mobilnya dengan kanebo. Ia tengah bernyanyi-nyanyi sambil memperhatikan setiap inci mobilnya.

"Gila ... Eddy, kamu udah ganteng!" puji Yuga pada mobil putih kesayangannya itu.

Baru saja Yuga merasakan ketenangan, Arsha datang dengan langkah terhentak-hentak bagaikan anak kecil tengah menghampiri Yuga. Tiba-tiba Arsha merebahkan setengah tubuhnya di atas bagian depan mobil Yuga.

"Heh landak mini, enak aja. Udah dicuci tahu!" omel Yuga sambil melap wajah Arsha dengan kanebo.

Arsha sontak menjauhkan kanebo itu dan memukul Yuga.

"Bau! Emang muka aku mirip bemper mobil sampe di lap segala!" omel Arsha.

Yuga hanya tertawa kecil, memamerkan senyuman gummy khas miliknya. Perlahan tangannya terulur dan menyingkirkan Arsha dari atas mobilnya.

"Kenapa sih? Datang-datang mukanya cemberut, mengkerut banget kaya lubang pantat!" Yuga meledek.

"Hih, terus aja ngatain! Mamaaaa Yuganya ngataiiin!" lapor Arsha.

"Yugaaa jangan digodain terus Arshanyaa!" sahut Mama Yuga dari dalam rumah.

Arsha menjulurkan lidah. Yuga mengamati itu dan mendengus sambil menoyor kepala Arsha. Arsha menepis tangan Yuga dan menonjok perut lelaki itu hingga Yuga mengaduh.

"Heh sakit, galak banget sih? Mana cepu, lapor-laporan segala sama Mama." omel Yuga.

"Suruh siapa ngeselin!" sahut Arsha bersungut-sungut. "Eh tapi, Ayah lebih ngeselin tahu! Fix pokoknya Arsha marah sama Ayah hari ini."

Yuga berdecak lidah dan menggelengkan kepalanya.

"Gak tahunya pas marah lu keburu meninggal, gak minta maaf, kualat lu." Yuga terkekeh.

"Emang kagak ada dukung-dukungnya lu sama gua, Ga. Dengerin dulu napa cerita dan keluh kesah gua sama Ayah hari ini."

Yuga sebenarnya lelaki yang cuek dan dingin sejak jaman sekolah. Arsha mengenal betul sosok sahabatnya itu meskipun mereka sering baku hantam dan juga saling mengejek nama orangtua.

Hanya pada Arsha Yuga bisa menunjukan sisi dirinya yang hangat, sementara pada wanita lain Yuga bagaikan gunung es yang membuat ketar ketir wanita jika ingin mendekati. Hanya pada Arsha ia bisa bersikap "normal" dan cenderung banyak bicara.

"Jadi kenapa? Ngobrolnya duduk yuk, gua barusan bikin jus pisang strawberry. Mau gak?" Yuga menawari minuman kesukaan Arsha.

Arsha mengangguk dan mengikuti Yuga. Nampak Mama Yuga tengah menjahit di ruang tengah, Arsha kemudian duduk di sebelah Mama Yuga dan memperhatikan.

"Mama, ini kan kancut si Yuga. Lagi diapain? Di modifikasi ya jadi ada wadah belalai." komentar Arsha.

Mama Yuga tertawa, beliau menyentil kening Arsha yang memang ceplas-ceplos dalam bicara.

"Ini loh Sha, bolong terus. Mama heran udah dibeliin yang mahal juga bolong terus. Apa Mama kasih dia pembalut aja biar yang robeknya pembalut."

Arsha mau tidak mau tertawa. Ia jadi membayangkan sahabatnya itu memakai pembalut. Apa tidak ganjel sahabat?

"Yuga itu kalau ibarat kucing dia lagi birahi Ma, makannya bolong terus. Mesti di pecak tuh dia."

Yuga yang membawa jus strawberry pisang itu langsung mencekik leher Arsha dengan lengannya. Arsha memukuli Yuga dan mereka tertawa terbahak-bahak. Mama memperhatikan mereka sambil geleng-geleng kepala. Keduanya sudah 25 tahun, akan tetapi kelakuannya sama dengan anak sekolahan.

"Jadi lu kenapa marah sama Ayah? Barusan gua makan sama Ayah, enak makan gurame." Yuga menyeruput jusnya.

Arsha menyeruput jusnya kemudian menghela napas sambil menatap Mama dan Yuga bergantian.

"Aduh gimana ngomongnya ya, masa si Ayah nyuruh gua cari jodoh tiga bulan ini?!"

Yuga dan Mama membelalakan mata.

"Apa?"

**