hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Desahan Menantuku

Desahan Menantuku

Author:The_Suy

Roman Dewasa | Finished

Introduction
Luke dan Alice baru saja menikah. Pernikahan yang mereka jalani termasuk sangat harmonis. Dimana tak ada percekcokan, dan hanya ada kasih sayang. Satu tahun pernikahan Alice belum juga kuncung dianugerahi buah hati, sehingga membuatnya sering merasa malu setiap bertemu keluarga besar Luke. Brandon dan Sofia adalah orang tua Luke, mereka sangat menyayangi Alice layaknya anak kandung.
Show All▼
Chapter

"Selamat datang di istana barumu sayang. Bagaimana apakah kau menyukainya?" Luke mengusap lembut rambut Alice yang tergerai indah.

"Sangat menyukainya tuan, ini seperti rumah impianku. Terimakasih tuan."

Alice mendaratkan sebuah kecupan dipipi sang suami.

Alice berjalan terlebih dahulu masuk kedalam rumah, dan diikuti oleh Luke dari belakang.

"Dimanakah kamar kita tuan?" Alice membalikan tubuhnya hendak bertanya dengan Luke.

"Menurutmu dimana?" Luke sengaja balik bertanya kepada Alice, hingga membuat sang istri mengerucutkan bibirnya.

"Jangan seperti itu, kau membuatku ingin melahap bibir seksimu saja." Luke mencubit pelan ujung bibir istrinya.

"Memangnya diriku ini makanan, sampai-sampai kau ingin melahapnya?" Alice memalingkan wajah sembari bersedekap dada.

Luke mendekati tubuh istrinya dan memeluk ya dari belakang.

"Ingat honey, nanti malam kau harus bersiap-siap." Luke meniup telinga Alice hingga membuat ya bergidik geli.

"Bersiap-siap untuk apa?" Alice yang belum paham arah pembicaraan Luke hanya bisa bertanya polos.

Luke yang melihat wajah polos sang istri hanya bisa tertawa, pasalnya Alice memang belum tahu arah pembicaraan Luke.

Luke menuntun Alice menaiki tangga, sebab kamar yang akan mereka tempati ada dilantai atas.

Ceklek!!

Pintu terbuka, dan berapa terkejutnya Alice ketika melihat penampilan kamarnya. Begitu besar, bisa dikatakan 5 kali lipat dari kamar sebelumnya yang ia miliki.

"Bagaimana sayang?"

Alice tak mampu mengutarakan keterkejutannya melihat setiap furniture yang ada.

"Betulkan ini kamar kita?" Alice membalikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Luke.

"Tentu sayang. Apakah kau menyukainya?"

Alice menganggukan kepala beberpaa kalo dengan semangat.

Luke mengajak Alice untuk masuk ke dalam dan menjelajahi kamar yang lebih pantas dikatakan seperti lapangan.

Alice masih kagum dengan segala yang ada didalam kamar. Karena ia sebelumnya tak pernah melihat segala barang mewah yang ada.

Alice berasal dari sebuah pedesaan, dan ia bertemu Luke saat pria itu mengunjungi perkebunan teh milik ayahnya. Dan Alice merupakan salah seorang pekerja pada perkebunan itu.

Karena sering bertemu, hingga akhirnya benih cinta pun muncul, dan Alice menerima lamaran Luke.

Kedua orang tua Luke pun tak menghwlangi, karena bagi mereka kebahagiaan Luke yang utama.

"Alice, duduklah disini." Luke menepuk bagian ranjang yang kosong disebelahnya.

Alice langsung menuruti perkataan suaminya itu, dan duduk disebelah Luke.

"Sekarang kau adalah istriku. Istri tercintaku. Aku ingin kita bisa mengarungi bahtera rumah tangga ini bersama, sesuai janji yang sudah kita ucapkan didepan altar. Bahwa kita akan selalu bersama dalam suka dan duka, untung dan malang." Ucap Luke dengan tatapan mata serius menatap Alice.

Luke mengecup kening Alice dengan penuh rasa sayang, dan Alice hanya bisa menemani mata.

Alice sama sekali tak paham tentang hubungan intim suami istri, karena ia juga baru pertama kali dekat dengan pria.

Setelah menikah pun Luke belum menyentuh Alice, karena Luke tau jika Alice belum siap. Ditambah selama seminggu setelah pernikahan, mereka masih menetap dirumah orang tua Luke.

"Apakah mau mencintaiku, tuan?" Tanya Alice dengan polosnya.

Luke mengehela nafas sebelum menjawab pertanyaan Alice.

"Sayang, bisakah kau mengubah panggilanmu itu? Kita sudah menikah dan kau selalu memanggilku tuan? Aku merasa seprti maniak saja yang menikahi pembantu saja." Luke mengubah posisi duduknya, membelakangi Alice.

Alice salah tingkah, hingga ianhanya bisa menggaruk kepalanya saja.

Luke menunggu pergerakan Alice, setidaknya Alice memeluknya atau menciumnya. Namun realita tak seindah ekspektasinya, Alice malah membaringkan tubuhnya diatas ranjang empuk.

Perlahan terdengar dengkuran halus dari belakang tubuh Luke, dan itu membuatnya semakin kesal.

Ingin sekali Luke marah, namun ketika ia melihat wajah polos istrinya, seketika amarah tiu berubah menjadi sayang.

Luke ikut membaringkan tubuhnya disebelah Alice dan memeluknya.

Luke menatap wajah cantik Alice yang natural, dengan bulu mata lentik serta bibir seksi yang sedikit tebal.

Cup!!

Luke mengecup bibir Alice, lalu ikut memejamkan mata.

**********

Pagi menjelang Alice lebih dahulu terbangun. Sebelum bernajak dari tempat tidur, Alice selalu menyempatkan dirinya menatap wajah tampan sang suami dan tersenyum kecil.

Singgung bisa menjadi istri Luke Anderson adalah impian semua wanita, dan Alice salah satunya.

Tapi siapa yang sangka, jika butuh perkebunan teh itu mampu memikat hati putra tunggal, pewaris harta keluarga Anderson yang tidak akan habis meski sampai 7 turunan.

Secara perlahan Alice menurunkan kakinya ke lantai, agar tidak membangunkan suaminya.

"Mau kemana?"

Baru saja kaki kiri Alice berhasil menapaki lantai, namun harus terhenti karena pemilik bola mata berwarna biru itu telah tersadar dari nyenyak ya dunia mimpi.

"Jangan kemana-mana, tetaplah disini." Luke menarik tangan Alice hingga ia terjatuh ke atas dada bidang sang suami.

"Tuan, aku harus menyiapkan sarapan untukmu." Alice berusaha terlepas dari cengkeraman pelukan Luke, namun usahanya sia-sia.

"Alice, harus berapa kali aku mengatakan padamu, jangan memanggilku dengan sebutan tuan lagi. Kita sudah menikah." Luke dibuat kesal oleh Alice.

"Maaf, aku masih kesulitan untuk mengubah caraku memanggilmu. Tapi aku akan berusaha untuk mengubahnya. Jadi tolong lepaskan aku."

Luke tak memperdulikan ucapan Alice.

Kini ia telah mengubah posisinya, berada diatas tubuh Alice dan membiarkan wanita dengan mata hazel itu terkungkung dibawahnya.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Alice gugup.

"Kenapa? Aku bebas melakukan apapun padamu. Sepertinya sudah cukup waktu semingguku untuk menunggu kesiapanmu. Dan sekarang saatnya aku menuntut hakku." Luke menaikan salah satu alisnya dan tersenyum smirk.

Deru nafas Luke dan Alice beradu, degup jantung Alice bertalu-talu, dan Luke bisa merasakan itu semua.

Perlahan Luke mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bertemu.

"I love You. I want you." Ucap Luke lirih sebelum akhirnya bibir mereka saling bertemu.

Alice mulai terbiasa mendapat pagutan dari Luke.

Ia pun mulai mengimbangi permainan bibir yang selama ini biasa Luke lakukan sebagai pengganti senggama yang harus tertunda.

Perlahan tangan Luke mulai mencari bongkahan gunung indah, yang tak pernah ia lihat. Alice tersentak saat tangan Luke mendarat indah dan mulai meremasnya.

"Emhh.." Alice mendelikkan matanya sebab tak bisa mengontrol dirinya agar suara aneh itu tidak lolos dari bibirnya.

"Mendesahlah sayang, sebab itu normal. Dan dengan desahan, bisa membuatmu semakin bergairah." Ucap Luke diterus meremas bongkahan bukit itu.

Perlahan Luke membuat setiap helai kain yang digunakan untuk menutup tubuh Alice, hingga tak bersisa.

Luke berdiri menatap kagum tubuh indah milik istrinya ini, sedangkan Alice yang melihat ekspresi sang suami hanya bisa memalingkan wajah dan menutup mata.

Luke langsung membuka seluruh pakaiannya, dan meminta Alice untuk menatapnya.

"Sayang, lihatlah diriku."

"Haa??" Alice terpekik kaget saat melihat tubuh indah sang suami, ditambah keperkasaan yang sudah tegak berdiri.

Luke menarik tangan Alice hingga posisi tubuhnya menjadi terduduk.

Luke meletakkan tangan Alice pada benda pusakanya, dan meminta sang istri memainkan.

Alice bingung, namun Luke secara perlahan menuntun tangan sang istri untuk mulai memainkan secara perlahan.

"Ahh..begitu sayang. Lebih keras dan cepat, ahhh..pintar sekali." Luke meracau menikmati sentuhan tangan lembut sang istri.

Luke menuntun perkasanya menuju mulut mungil Alice.

"Anggap ini adalah es krim, dan perlakuan dia layaknya saat kau menikmati es krim."

Alice menuruti, dan mulai menjilat batang perkasa Luke dengan baik.

"Shitt!! Ahh nikmat sekali Alice."

Setelah puas, kini gantian Luke membaringkan tubuh Alice dan mulai melumat kembali bibir wanita itu.

Alice mengerang penuh nikmat, saat Luke mulai menghisap dan melumat benda kecil diujung gundukan Alice.

"Ahh .ssshhh...mhh...ahh." Luke semakin gencar melumatnya.

Luke semakin turun kebawah perut Alice, dan wmnyibakkan kedua paha wanitanya.

Terlihat benda segitiga yang sedikit tembem, hanya berbalut bulu-bulu tipis membuat Luke kagum.

Luke menghirup dalam-dalam aromanya dan mulai menjilati dengan liar.

Alice berteriak menerima permainan lidah Luke, sesekali ia mengangkat bokongnya saat Luke begitu lincah mengobrak Abrik goa yang mulai basah itu.

"Ahh, aku mau pipis." Ucap Alice terbatas.

Luke tak menggubrisnya, melainkan terus menggencar lubang kenikmatan itu dengan lidahnya.

Dan akhirnya keluarlah cairan pertama milik Alice.

"Bagaimana sayang? Nikmat?"

Malu-malu Alice menganggukan kepalanya.

"Sekarang kita akan ke bagian inti ya."

Alice tidak menjawab karena bingung.

Luke lengsung menuntun batang yang sudah ingin menemui temannya, secara perlahan Luke memasuki lubang yang masih tersegel itu.

Luke tersenyum mendapati Alice ternyata masih virgin.

"Tahan ya sayang, ini akan sedikit sakit tapi tak akan lama."

Lagi-lagi Alice hanya bisa mengangguk pasrah.

Dan saat batang perkasa itu mulai memasuki lubang kenikmatan, Alice sedikit terkejut, sebab terasa nyeri.

Alice mencengkeram kuat sprei menahan sodokan benda tumpul yang besar itu.

Secara perlahan Luke memasukannya, dan terdengar rintihan kecil dari bibir Alice yang bercampur dengan desahan.

"Ahhhh...sakittt!" Pekik Alice saat batang Luke berhasil masuk secara penuh.

"Sebentar lagi kau akan menikmati kenikmatan yang sesungguhnya." Bisik Luke sambil perlahan menggoyangkan pinggulnya.

Lambat laun Alice mulai terbiasa dengan benda tumpul yang bersarang didalam goanya.

Sesekali Alice mendesah, dan mulai ikut menggoyangkan pinggulnya.

"Begitu sayang, goyangkan pinggulmu." Titah Luke sambil mulai menaikkan tempo permainannya.

Perlahan hentakan lembut itu berubah menjadi hentakan kasar dan keras.

Saling bersahutan lolongan penuh desahan itu menggema dipenjuru kamar.

Semakin lama kenikmatan itu nyaris mereka dapatkan.

"Percepat sayang.." racau Alice meminta Luke mempercepat temponya.

Semakin lama akhirnya mereka sama-sama mengerang saat puncak kenikmatan itu bisa mereka raih.

Luke terhempas lemas diatas tubuh Alice tanpa mengeluarkan pusakanya terlebih dahulu.

"Nikmat?" Tanya Luke sambil menciumi wajah Alice.

Alice hanya mengangguk karena sekarang nyeri itu mulai terasa menjalar.

Perlahan luka bangun dan mengeluarkan pusakanya dengan hati-hati.

Luke tersenyum saat melihat ada bercak darah disekitar sprei, dan sebelum beranjak menuju kamar mandi, Luke menyempatkan diri untuk mencium goa penuh nikmat milik Alice.