hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Menantu Serba Bisa

Menantu Serba Bisa

Author:Kejayaan17

Menantu | Finished

Introduction
Fayzal Yunarso, si menantu tidak berguna, secara tidak sengaja mendapatkan warisan Kitab Panduan Silat dan Batu Sihir. Sejak saat itu ia memulai kehidupan yang berbeda. Keterampilan medisnya dapat menyembuhkan semua orang dan kemampuan bela dirinya dapat membunuh semua musuhnya. Hal ini tidak hanya menghilangkan ejekan dan hinaan orang lain, tetapi juga membuatnya memenangkan hati istrinya yang manis, dan bahkan membuatnya menguasai dunia.
Show All▼
Chapter

Di koridor rumah sakit, orang-orang berlalu-lalang.

Tetapi Fayzal Yunarso sama sekali tidak peduli, ia hanya berjongkok di sudut dan menangis.

"Tumor perut Ibumu sudah semakin ganas. Jika kamu tidak membayar biaya operasi sebesar seratus juta rupiah secepatnya, maka sisa hidupnya hanya tinggal satu bulan lagi."

Kata-kata yang diucapkan oleh dokter dengan nada dingin itu terasa begitu menusuk.

Masalahnya, Fayzal tidak bisa membayar biaya yang begitu mahal itu.

Ayah angkatnya, Juwono Yunarso, menghilang setahun yang lalu dalam perjalanan kapal. Ibu angkatnya, Bonita Said pingsan karena tumor perut dan dirawat di rumah sakit. Sehingga Fayzal, yang baru saja lulus sekolah, mau tidak mau menjadi tulang punggung keluarganya.

Setahun ini, demi menyembuhkan penyakit ibu angkatnya, Fayzal tidak hanya menghabiskan tabungan keluarga dan meminjam uang di seluruh pinjaman online, ia bahkan menjadi menantu penghilang sial Keluarga Tedja.

Dia bekerja sangat keras di Keluarga Tedja, membuang seluruh harga dirinya, yang ditukarkan dengan uang sejumlah lima ratus juta rupiah.

Dan uang itu bahkan sudah habis di rumah sakit dalam sekejap mata.

Sekarang yang tersisa hanyalah sebuah ponsel dan uang sepuluh ribu rupiah.

“Masih perlu seratus juta, masih perlu seratus juta….”

Begitu teringat jumlah uang yang dikatakan oleh dokter, Fayzal merasa sangat putus asa. Dia yang tidak punya apa-apa ini harus pergi ke mana untuk mengumpulkan uang seratus juta rupiah.

Dia juga tidak mungkin diam saja melihat ibunya meninggal.

“Tidak bisa, aku harus bisa meminjam seratus juta.”

Fayzal menyeka air matanya, memaksakan dirinya untuk berdiri, ”Aku tidak akan membiarkan suatu apapun terjadi pada Ibuku.”

Dia memutuskan untuk merendahkan harga dirinya dan meminjam uang.

Fayzal pergi ke rumah pertama dan mengetuk rumah pamannya.

Bibi membuka pintu dengan ekspresi datar.

Fayzal dengan putus asa memohon belas kasihan bibinya, "Bibi, Ibuku butuh uang untuk operasi…"

"Kamu masih mau minta uang? Sudah kuberi dua ratus ribu masih tidak cukup?"

"Pergi, pergi, pergi! Jangan datang ke sini lagi! Kami tidak punya saudara mata duitan sepertimu ..."

Bibi berbicara sambil mendorong Fayzal keluar, lalu menutup pintu dengan keras.

Mendengar kata-kata kasar itu, tubuh Fayzal gemetar dipenuhi amarah. Ia menumbukkan tinjunya ke dinding.

Dia tahu bahwa orang-orang tidak peduli satu sama lain, tetapi dia tidak menyangka, paman yang telah merampas rumah leluhur ayahnya bahkan tidak bersedia memberikan sepersepuluh dari total uangnya untuk memberinya bantuan.

Fayzal tidak punya pilihan selain menebalkan mukanya untuk meminjam uang pada kerabat yang lain, tetapi semuanya ditolak dengan dingin.

Mereka bahkan memperingatkan Fayzal untuk tidak datang mengganggu lagi, jika tidak mereka akan melaporkannya ke polisi agar ia ditangkap.

Kemudian, pemilik rumah yang disewanya juga menelepon, jika dia tidak membayar sewa dalam waktu satu minggu, maka pemilik rumah akan mengusir Bonita dari rumahnya.

Perusahaan pinjaman online bahkan membuatnya lebih gila lagi.

Fayzal menelan rasa malunya untuk menelepon Rasmina Tedja yang sedang berlibur di Maldives.

Ketika Rasmina mendengarnya meminta uang, dia langsung menutup teleponnya.

Sudah tidak ada jalan lagi.

Di tengah jalanan yang dingin, Fayzal menyeka air matanya dan pergi ke Zero Bar.

Bar ini dibuka oleh mantan pacarnya, Jayna Yasni. Tidak. Mantan teman sekamarnya, Dion Haris, yang meminjam lima miliar rupiah untuk mewujudkan mimpi Jayna.

Tentu saja, lima miliar rupiah ini yang membuat Jayna meninggalkan Fayzal dan jatuh ke pelukan Dion.

Dengan adanya trik bunga sekolah, bisnis di sini sangat ramai. Bahkan bar ini telah menjadi tempat berkumpulnya banyak anak orang kaya di Harubaya.

Fayzal pun menjadi bahan lelucon.

Meskipun Fayzal merasa malu datang ke sini, tapi begitu terpikirkan biaya operasi ibunya, dia hanya bisa memaksakan diri masuk ke Zero Bar.

Dia percaya, mengingat hubungan mereka di masa lalu, Jayna akan meminjamkannya uang seratus juta rupiah.

Di dalam bar ada yang sedang bermain gitar dan bernyanyi. Suasananya sangat hidup dan mewah.

Bahkan aroma parfum di sini saja sudah bisa membuat Fayzal merasa dirinya rendah.

Saat Fayzal masuk ke dalam, seluruh orang yang ada di sana terdiam.

Belasan orang laki-laki dan perempuan berpakaian mewah menoleh dan melihatnya.

Fayzal juga melihat ke arah Dion dan Jayna.

Di dalam mata Dion, dia dapat melihat semangat yang tinggi dan penghinaan yang mendalam, tetapi tidak ada sedikitpun rasa bersalah.

Jayna mengenakan rompi berpotongan dada rendah, memperlihatkan sedikit bagian perutnya yang putih bersih. Sedangkan sebagai bawahannya, dia mengenakan hotpants yang sangat pendek.

Kulit yang putih cerah, kedua paha yang panjang dan ramping, ditambah dengan wajah yang cantik, benar-benar sangat menarik perhatian.

Namun ekspresinya yang cuek dan angkuh membuat banyak orang takut memandangnya.

Dia memandang Fayzal tanpa belas kasihan, dengan perasaan acuh tak acuh, seolah dia melihat seekor anjing di jalan.

Sahabat Jayna, Qiana Yudi melompat turun dari kursi bar yang tinggi.

"Fayzal, untuk apa kamu datang ke sini?"

Nadanya sangat merendahkan.

Fayzal mengumpulkan keberanian, "Aku datang…"

"Kami tidak membutuhkan tukang bersih-bersih di sini."

Qiana berbicara dengan nada mengejek, "Pergi sana!"

Dia memang selalu merendahkan Fayzal yang miskin. Dia juga yang menjodohkan Jayna dan Dion.

Fayzal buru-buru menggerakan tangannya dan menjelaskan, "Aku datang bukan untuk menjadi tukang bersih-bersih, aku datang…"

"Jus lemon dua puluh delapan ribu, koktail seratus delapan puluh ribu, memangnya kamu mampu membayarnya?"

Qiana kembali merendahkannya, "Meskipun kamu punya uang saku yang disumbangkan oleh Keluarga Tedja, kami tetap tidak mengharapkan kehadiranmu di sini."

Dion mendengus, "Ya ampun, sial sekali. Aku tidak membaca peruntungan hari ini, bisa-bisanya aku bertemu dengan sampah saat keluar rumah."

Dion dan yang lainnya sudah tahu tentang Fayzal yang menjadi menantu untuk membuang sial.

Belasan laki-laki dan perempuan tertawa begitu mendengar ini.

"Aku…"

Fayzal menelan rasa malunya dan melangkah maju. Saat ia menatap Jayna dan hendak berbicara, seorang gadis cantik berteriak lagi.

"Singkirkan tangan kotormu, dasar tidak tahu malu!"