hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Dikejar CEO Arogan

Dikejar CEO Arogan

Author:Sun_Shine

Roman Dewasa | Finished

Introduction
Jessica menghabiskan malam indah bersama dengan seseorang yang tidak dia kenal secara tidak sengaja. Dia berusaha menghilang tanpa jejak, berharap tidak akan bertemu lagi dengan pria itu. Namun sepertinya taktir ingin sedikit bermain dengan Jessica. Secara tidak sengaja dia kembali di pertemukan dengan Mario, pria pada malam itu. Apa yang akan terjadi pada Jessica selanjutnya? Akankah Mario membuat masalah dengan Jessica? Ikuti terus novel terbaru aku ya
Show All▼
Chapter

“Aduh, kok kepalaku pusing banget ya. Aduh ... ini kenapa ya,” keluh Jesssica ketika dia merasa kepalanya kini terasa semakin berat.

“Kamu tadi minum apaan sih, Jesss?” tanya Sania yang melihat tubuh sahabatnya sedikit berkeringat saat ini.

“Gak ada kok. Aku cuma minum yang ada di sini doang ... tapi kenapa kepalaku rasanya berat banget ya. Nggak biasanya banget kayak ini,” jawab Jesssica sambil mulai memijat pelipisnya sendiri.

“Kok bisa gitu sih. Kayaknya ini bukan pertama kalinya kamu minum minuman ini kan. Dan biasanya nggak pernah sampai ngeluh tuh,” ucap Sania yang kemudian memberikan tisu pada Jesssica untuk sedikit menyeka keringat yang ada di keningnya.

“Jess, kayaknya kamu perlu istirahat deh. Kamu mau ke kamar duluan atau tetap mau di sini aja? Mending ke kamar deh, Jess,” tanya Panca yang duduk bersama Jessica dan Sania sekaligus memberikan saran pada sahabat kekasihnya itu.

“Di sini aja deh bentar. Bisa makin bete aku ntar kalau sendirian di kamar,” jawab Jessica yang kemudian segera menyandarkan punggungnya di sandaran kursi lalu mencoba untuk memejamkan matanya.

Jessica yang baru saja putus dari kekasihnya membutuhkan hiburan untuk melupakan rasa sedihnya karena ditinggal pergi tanpa alasan oleh kekasihnya. Jessica mengajak 2 orang sahabat baiknya itu untuk menikmati malam di sebuah klub malam dan pergi menginap di hotel yang ada di atas klub tersebut.

Dentuman suara musik yang semakin kencang kian membuat darah Jessica mendidih saat ini. Badannya terasa semakin panas dan kepalanya juga semakin berat. Padahal ini bukan pertama kalinya dia minum minuman yang sama seperti yang dia tenggak malam ini.

“Aduh kepalaku ini kenapa sih,” keluh Jessica pelan sambil memegang kepalanya erat-erat.

“Jess mendingan kamu istirahat deh. Kamu makin keliatan kayak orang teler tau ga,” saran Sania.

“Nggak mau ah. Ntar aku ke inget lagi sama si brengsek itu,” tolak Jesssica.

“Tapi kamu kayaknya nggak sehat, Jess. Entar yang ada kamu makin sakit.”

“Iya bener apa yang dibilang sama Sania. Mendingan kamu naik dulu deh, besok kita ke sini lagi kalau emang kamu masih pengen kita ke sini. Tapi beneran deh kondisi kamu nggak baik banget hari ini. Kalo perlu kita naik aja lah barengan kalo emang kamu gak mau sendirian di kamar,” sahut Panca yang mendukung saran dari Sania.

Jessica tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Sania. Dia melihat ke arah Sania dan Panca secara bergantian.

Sepertinya apa yang dikatakan oleh Sania tentang kondisi tubuhnya malam ini benar-benar. Kondisi tubuhnya sangat tidak bersahabat sehingga membuat dia sedikit sakit padahal baru sebentar saja dia minum.

“Kayaknya aku emang harus istirahat deh. Badanku beneran gak enak. Panas banget,” ucap Jessika sambil meraih tas miliknya.

“Perlu aku temenin gak?” Sania menawarkan diri.

“Gak usah. Kamu di sini aja ama Panca. Aku mau langsung tidur.”

“Beneran gak mau dianterin ke kamar?” Panca juga ingin memastikan.

“Gak usah, aku masih bisa jalan kok. San, ntar kalo aku gak bukain pintu kamu tidur di kamar Panca ya?” pesan Jessica sebelum dia meninggalkan teman-temannya itu.

Jessica tidak ingin cuti kerja saat Senin nanti, oleh karena itu dia memilih untuk mengikuti saran dari teman-temannya. Dia segera berpamitan lalu berjalan perlahan menuju ke pintu keluar klub malam.

Dengan sedikit susah payah, Jessica berjalan di antara kerumunan orang yang sedang menikmati malam sambil bergoyang mengikuti dentuman musik yang seperti membakar tubuh mereka. Kepalanya kian terasa ingin meledak setiap kali musik berirama cepat itu terdengar sangat menyesaki lubang telinganya.

“Ah gila! Sakit banget sih kepalaku. Salah makan kali aku tadi ya,” gumam Jessica sendirian saat dia sudah berada di dalam lift.

“Moga besok pagi sembuh lah. Mau minum obat sakit kepala tapi kok abis minum, ntar bereaksi bisa modar aku. Gak lah, tidur dulu aja,” lanjut Jessica lagi yang ingin segera sampai ke kamar hotelnya.

Pandangan Jessica kini kian kabur setelah dia sampai di koridor kamar yang dia sewa. Sambil berjalan perlahan dan berpegangan pada tembok, Jessica mencoba untuk secepatnya sampai di kamarnya. Koridor Itu tampak sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang melintas di sana.

“Aduh badan aku makin panas banget ya. Nyebelin banget deh! Ah ... ini kamarku,” gumam Jessica pelan sambil berapa kali mengerjapkan matanya untuk melihat nomor kamar yang ada di pintu coklat itu.

Jessica segera mengambil master key dari dalam tas agar dia bisa segera masuk. Kesadarannya yang mulai hilang membuat Jessica sedikit kesulitan untuk mencari kunci kamarnya itu.

“Eh ... keren banget nih kamar. Baru juga mau ditempelin kuncinya, pintunya udah ngebuka sendiri,” ucap Jessica pelan ketika dia melihat pintu kamar itu sedikit terbuka.

Tiba-tiba pintu itu terbuka sedikit lebih besar lalu muncul tangan yang langsung mencengkeram pergelangan tangan Jessica dan menariknya dengan paksa untuk masuk ke dalam. Badan Jessica yang sedikit oleng, segera terbawa masuk ke dalam kamar tanpa bisa dia cegah lagi.

“Eh apa-apaan ini!” tolak Jessica ketika dia merasa ada seseorang yang membawanya masuk ke dalam kamar tersebut.

Tidak mendapatkan jawaban apa pun atas perlakuan sedikit kasar yang dia terima itu, Jessica kini semakin bingung dengan keadaan ini. Dan sekarang tiba-tiba Jessica merasa tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Pelukan yang sangat erat sampai membuat tubuhnya nempel dengan sempurna di dada bidang yang saat ini sedang menghimpitnya itu.

Entah apa yang terjadi pada tubuh Jessica malam ini, bukannya menolak tindakan pria itu, tubuh Jessica malah merespons apa yang dia terima saat ini. Jessica ikut memeluk tubuh pria itu dan menghirup dalam aroma parfum maskulin yang kini langsung menguar memenuhi rongga hidungnya.

“Sayang,” panggil Jessica sambil sedikit mengendus di area leher si pria.

Merasa wanita yang ada dalam pelukannya ini sudah mulai jinak, pria itu mulai mengusap punggung Jessica. Dia pun secara perlahan menghujani pundak Jessica dengan ciuman hangatnya yang sesekali membuat mangsanya itu mengeluarkan leguhan. Aroma parfum yang dipakai oleh Jessica, mampu membuat Mario, si pria penarik Jessica itu semakin terbuai.

“Aaah,” leguhan Jessica mulai keluar setelah dia mendapatkan serangan dari Mario yang menghujaninya dengan ciuman.

Mendengar suara leguhan Jessica tepat di depan telinganya, membuat Mario semakin bersemangat menikmati hidangan indah di hadapannya itu. Entah mengapa, suara leguhan Jessica itu terdengar sangat seksi dan membakar gairah liar Mario.

“Wow ... indah banget sayang,” puji Mario melihat dua gunung menjulang dengan puncak keras yang menantangnya.

Meski dalam keadaan kamar yang temaram, mata Mario masih bisa mengenali dengan baik lekuk tubuh Jessica. Mario kembali melahap rakusnya bibir Jessica dan kini dia sudah mendapatkan balasan yang tidak kalah panas dari si pemilik bibir merah itu.

Tangan Mario semakin melingkar di pinggang Jessica agar wanita yang sedang ada dalam kuasanya itu tidak pergi. Tentu saja hal itu kian membakar gelora Jessica yang kini mulai mengalungkan tangannya di leher Mario yang saat ini semakin memperdalam ciuman mereka.

‘Sial! Wanita macam apa ini. Nikmat sekali bibirnya,’ ucap Mario dalam hati.

Mario yang sudah terbiasa mencari wanita penghangat ranjang untuk melepaskan kepenatannya bekerja, kali ini sepertinya mendapatkan wanita istimewa dari asisten pribadinya. Mario merasakan madu lain dari tubuh wanitanya, seolah dia tidak ingin mengakhiri malam ini dengan cepat. Mario ingin menikmati hidangannya dengan waktu yang sangat lama hingga dia puas.

Bibir Mario kini mulai menyusuri leher jenjang milik Jessica. Leher memikat itu kini sudah mulai basah oleh saliva Mario dan juga keringatnya sendiri. Jessica mulai menggantungkan tubuhnya di leher Mario untuk menjaga keseimbangannya karena hasrat gila sudah mulai menguasainya.

Mario yang semakin terikat dengan keindahan wanitanya, secara perlahan dia pun mulai melucuti pakaian yang dikenakan oleh Jessica. Wanita cantik yang masuk ke kamarnya itu sama sekali tidak melakukan perlawanan dan hanya mengeluarkan beberapa desahan yang membuat gelora hasrat menggebu dalam diri mereka kian terbakar.

“Perfect!” gumam Mario yang kini sudah bisa melihat tubuh bagian atas Jessica yang sudah tanpa pelindung lagi.

Tatapan mata Jessica kini semakin sayu. Kesadarannya yang mulai hilang, hingga membuat dia tidak bisa berpikir lagi tentang apa yang terjadi malam ini. Baginya saat ini hanyalah ingin meneruskan apa yang tadi sudah dia lakukan bersama dengan pria yang saat ini ada di hadapannya.

‘Sejak kapan Hendra jadi ganteng dan seksi begini,’ ucap Jessica dalam hati saat sekelebat dia melihat wajah tampan di hadapannya.

Tidak ingin hasrat mangsanya turun, Mario segera menggendong tubuh Jessica untuk dia bawa ke atas ranjang yang akan menjadi tempat pertarungan mereka malam ini. Sambil menggendong Jessica ala bridal style, Mario kembali meraup bibir Jessica yang sudah menjadi candu bagi dirinya malam ini.

Mario meletakkan tubuh Jessica di atas ranjang lalu menatapnya dengan sorot mata yang sangat lapar. Rasanya adik kecilnya itu saat ini sudah sangat memberontak ingin menikmati juga tubuh Jessica yang kini sudah tanpa sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya.

“Berikan pelayananmu yang terbaik malam ini sayang,” ucap Mario sebelum dia kembali membuai Jessica dan membawanya terbang ke awang-awang.

Pergulatan malam itu berlangsung dengan sangat sengit. Mario merasakan sensasi lain dari Jessica yang tidak pernah dia dapatkan dari wanita yang sering dia sewa. Mario benar-benar tidak ingin melepaskan Jessica sedikit pun.

Erangan demi erangan keluar begitu saja dari bibir Jessica ketika dia mendapatkan perlakuan yang membuatnya mabuk kepayang malam ini. Meskipun dia sempat beberapa kali melakukan hubungan badan dengan mantan kekasihnya, namun apa yang dia nikmati malam ini terasa sangat luar biasa.

“Ah sayang ... enak sayang. Aku milikmu malam ini, sayang,” rancau Jessica ketika badannya bergerak-gerak karena dorongan dari senjata ampuh milik Mario.

“Kamu milikku, sayang,” ucap Mario yang terus memompa area kewanitaan Jessica yang membuatnya keenakan itu.

Dua insan yang kini sedang dibakar api gairah yang tengah berkobar dalam tubuh mereka itu sudah tidak lagi berpikir tentang siapa orang yang sedang bersama mereka saat ini. Yang ada di pikiran mereka saat ini hanyalah puncak kepuasan yang mereka nantikan sejak tadi.

Mereka terus berlomba untuk mendapatkan kepuasan. Menikmati malam yang benar-benar membuat mereka sangat lelah, bahagia dan akhirnya tertidur pulas.

***

“Selamat pagi, Bos,” sapa Raka saat masuk ke dalam kamar Mario.

“Hmm ... gimana, udah ada kabar dari Paris?” tanya Mario yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Tadi malam mereka hanya mengirimkan kabar kalau hari ini akan mengirimkan proposalnya pada kita.”

“Oh ok! Oh ya, di mana wanita semalam? Kok aku gak liat dia pas aku bangun,” tanya Mario.

“Wanita? Memangnya tadi malam Bos tidur dengan siapa?” tanya Raka balik.

Mario menoleh ke Raka, “Siapa? Bukannya kamu aku suruh cari orang,” ucap Mario yang sedikit kaget dengan respons asisten pribadinya itu.

“Iya Bos, tapi tadi malam saat saya ke sini ... Bos gak buka pintunya. Saya pikir Bos sudah tidur lalu wanita itu saya suruh pergi,” papar Raka menjelaskan pada Mario.

Mata Mario membulat lebar saat dia mendengar apa yang dia dengar dari asistennya itu. Dia semakin bingung dengan sosok wanita yang membuatnya kelabakan tadi malam.

“Apa kamu bilang? Tadi malam ada orang ke sini dan aku tidur dengan dia. Brengsek! Cari dia dan bawa dia ke hadapan aku!” perintah Mario tegas sambil sedikit membentak Raka.