"Ya Tuhan! Apa yang sudah terjadi padaku??"
Pekikan kaget keluar dari bibir Ahra saat dia terbangun di sebuah kamar asing dengan tanpa sehelai benang pun!
Netranya terbelalak lebar dengan wajah pucat melihat pakaian miliknya berceceran di samping ranjang dengan pakaian seorang laki-laki tak jauh dari tempat tersebut.
"Apa? Apa yang sudah menimpa diriku?"
Ahra menutup wajahnya yang memucat dengan kedua tangan seraya mencoba mengingat-ingat apa yang terakhir dia lakukan tadi malam.
Semalam, dia bertemu Kesha, sahabatnya dan minum bersama untuk merayakan pertunangan Ahra dengan pacarnya, Rexy. Dia ingat tidak minum banyak tadi malam, tapi kenapa ... kenapa dia berakhir di sini?
Lalu, pakaian pria itu ... milik siapa? Jangan bilang kalau tadi malam dia yang mabuk telah tidur dengan ....
Tidak!
Itu tidak mungkin, hari ini adalah hari pertunangannya! Dia tak mungkin ceroboh tidur dengan pria asing di hari pertunangannya sendiri.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dua orang masuk secara terburu-buru.
"Ahra!"
"R-Rexy ...."
Ahra bangkit hendak mendatangi tunangannya tersebut tapi karena tak memakai apa pun di balik selimut dia hanya mencengkeram erat selimut seraya melayangkan tatapan memohon pada Rexy.
"Aku benar-benar nggak menyangka kamu wanita serendah ini, Ahra!"
Teriak kemarahan Rexy hanya dibalas Ahra dengan kedua alis bertaut.
"Apa maksudmu? Aku juga nggak tahu apa yang sedang terjadi, Rex. Kenapa tiba-tiba aku terbangun di sini dan ... dan ...."
"Semuanya sudah jelas, Ahra! Kamu tidur dengan pria lain saat akan bertunangan denganku, itulah kenyataannya," potong Rexy dengan wajah merah padam.
"A-apa? Itu nggak mungkin!"
"Untunglah aku mendengarkan Kesha dan menurut saya dibawanya ke sini, jadi nggak terjebak dengan wanita rendahan kayak kamu!"
Kesha yang berdiri di samping Rexy tersenyum licik pada Ahra, detik itu juga gadis itu tahu, bahwa Kesha ada di balik semua ini.
"Apa katamu? Aku bukan wanita rendahan! Dan ini nggak seperti yang kamu lihat, aku ... aku sama sekali nggak ...."
Cklek.
Pintu kamar mandi terbuka, sosok yang keluar membuat ketiga orang di ruangan itu melongo, termasuk Ahra.
Mulutnya tidak hanya melongo lebar tapi mendadak wajahnya pucat pasi.
Tidak mungkin pria ini yang semalam tidur dengannya, bukan? Tolong katakan bahwa itu mustahil!
"Berisik."
Pria yang kini memakai jubah mandi putih dengan rambut cokelat bergelombang yang basah karena habis keramas itu menatap dingin ke arah mereka bertiga.
Merasa terintimidasi dengan auranya yang luar biasa, tanpa sadar Rexy dan Kesha mundur satu langkah.
"Saat ini juga, aku membatalkan pertunangan kita, Ahra! Aku benar-benar kecewa sama kamu."
Rexy mengeluarkan ultimatum.
"Rex!"
Protes Ahra dibalas gelengan tegas oleh tunangannya tersebut.
"Aku akan menikahi Kesha, jangan pernah muncul lagi di hadapanku, Ahra. Kita sudah selesai."
Rexy menggaet tangan Kesha dan berjalan keluar dari kamar tersebut, membuat Ahra nekat turun dari ranjang meski hanya dengan tubuh terbalut selimut.
"Astaga, ini nggak boleh terjadi. Rex, Aku dijebak, aku nggak mungkin ngehianatin kamu, dengerin aku dulu, Rexy!"
Sebelum Ahra nekat berlari keluar kamar dengan hanya memakai selimut yang menutupi tubuhnya untuk mengejar Rexy, sebuah bantal melayang ke kepalanya dari belakang.
"Awwww!"
Gadis itu pun seketika berbalik dan menatap kesal pada pelaku pelempar bantal yang kini ada di depannya.
"Ganti rugi."
Pria itu malah mengendikkan bahu dan mengulurkan tangan.
"B-bos, apa maksudnya?"
Ahra menatap bingung pada pria yang 'diduga' pemilik pakaian yang berceceran tersebut, yang parahnya dia adalah atasan Ahra di kantor!
Atasan yang terus menyiksa mental Ahra dan membenci dirinya tanpa sebab.
Gerald Mahesa.
Bagaimana mungkin musibah bisa datang bertubi-tubi seperti ini?
"Kubilang, aku minta ganti rugi," ulang bos-nya dengan mata menyipit, alis ramping miliknya yang saling bertaut entah kenapa terlihat indah.
"G-ganti rugi apa?"
"Ganti rugi karena telah merenggut keperjakaanku."
"APA?!! ANDA SUDAH GILA?!"
Kalau tidak ingat bahwa yang sedang berbicara ini adalah atasan di kantor, Ahra mungkin sudah melempar muka pria tersebut dengan bantal yang tak jauh dari kakinya.
"Kenyataannya itulah yang terjadi," jawab Gerald dengan dingin.
"Saya sendiri nggak ingat apa pun, bagaimana bisa Anda menyuruh saya ganti rugi?" tantang Ahra dengan mata menyipit.
"Kamu mau lihat buktinya?"
Gerald malah dengan santai menawarkan bukti yang seketika membuat Ahra tergagap.
"B-bukti apa?"
"Bukti betapa ganasnya kamu tadi malam," jawab atasannya tersebut dengan sangat tenang.
"G-ganas? Itu nggak mungkin! Ini juga pertama kalinya bagi saya!" protes Ahra tak terima.
Gerald berjalan mendekat dan menyeringai lebar saat menatap gadis yang di depannya tersebut.
"Tapi kenapa kamu seperti sudah sangat ahli, ya?" sindir Gerald dengan bibir mencibir.
"Omong kosong! Apa yang Anda harapkan dari saya? Nggak cukup Anda menyiksa saya di kantor, Tuan muda Gerald????"
Ahra mungkin sudah tak tahan untuk akhirnya mencakar-cakar wajah pria tampan sumber segala masalahnya tersebut.
"Jaga bicaramu."
"Dan saya nggak percaya sesuatu terjadi pada kita tadi malam, bisa saja kita hanya saling melepas baju dan tidur. Anda nggak bisa membohongi saya!"
Gerald hanya tertawa mengejek mendengar ucapan Ahra tersebut dan menurunkan jubah mandinya sampai sebatas perut.
"Apa bukti ini cukup?"
Gerald berbalik dan menunjukan beberapa bekas cakaran merah di punggungnya yang putih mulus.
"I-itu....!"
Wajah Ahra terkesiap melihat pemandangan tersebut, seraya menatap ketakutan pada kuku-kuku tangannya..
Gerald kembali menyeringai penuh kemenangan.
"Sangat cantik, cukup untuk bukti menyeret dirimu ke penjara karena telah mengambil sesuatu yang sangat penting dari diriku."
"Kenapa Anda sangat kejam?!!!"
Protes Ahra seperti biasa diabaikan oleh pria tersebut.
"Aku nggak peduli, tebus kerugian yang kualami ini dengan menemui diriku di kantor nanti, kita bahas tebusan apa yang pantas untuk keperjakaan yang telah kau renggut."
"T-Tuan! Tapi, ini juga pertama kalinya saya melakukan ini, itu artinya ... artinya Anda juga merenggut mahkota saya, saya akan menuntut ganti rugi juga!"
Ahra berusaha menghentikan Gerald membuat dirinya harus mengganti rugi yang dia tahu pasti bukan jumlah yang sedikit.
Ucapan Ahra tersebut dibalas Gerald dengan tatapan dingin.
"Apakah keperjakaanku dan keperawanan kamu sebanding sampai berani menuntut ganti rugi? Aku ini Gerald, pemilik banyak perusahaan besar dan pewaris satu-satunya Zeus group. Apa kau pikir kita setara?"
"Semua manusia setara di mata Tuhan, Tuan," balas Ahra dengan keras kepala.
"Terserah aku nggak peduli. Temui aku di kantor dua jam lagi, atau kau akan kuseret ke penjara."
"Tapi, tapi, Tuan ...."
"Cepat pergi ke kantor, kamu sudah terlambat, apa kamu mau gaji bulan ini kupotong lagi?"
Setelah mengatakan itu, Gerald meraih bajunya yang berceceran di lantai dan berjalan ke luar kamar dengan acuh tak acuh.
"Astaga, Anda benar-benar manusia Berengsek!!!!"
Ahra hanya bisa memaki-maki bos nya tersebut untuk melampiaskan kekesalan.
Kalau ada predikat untuk kategori bos paling kejam dan tak masuk akal di dunia, maka Gerald adalah manusia yang paling tepat menyandang gelar tersebut.
Awas saja kalau di kantor nanti, bos-nya tersebut kembali membuat dirinya marah, tak peduli meski surat pengunduran dirinya terus di tolak, dia tetap akan mengundurkan diri!