hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Rayuan Ibu Tiri Sahabatku

Rayuan Ibu Tiri Sahabatku

Author:Media rekor

Roman Dewasa | Finished

Introduction
Pagi hari yang cerah mengiringi perjalanan Agung berangkat ke restoran, setelah sampai ia langsung masuk dan menyapa beberapa teman yang sudah tiba lebih dulu, pemuda itu lalu mengganti pakaiannya, setelah itu Agung mulai membersihkan meja dan menyapu lantai sambil bernyanyi dengan suara lirih. ‘’Ikut lomba nyanyi saja Gung, suara kamu lumayan bagus, lebih bagus lagi gak usah nyanyi bikin telingaku panas saja’’ celetuk Meli yang kebetulan lewat di dekat pemuda tersebut. ‘’Eh, kamu Mel, kenapa dengan suaraku Mel?, kamu gak suka yah?’’ balas Agung dengan menoleh dan menatap wajah wanita yang jutek itu. ‘’Iya aku gak suka?, puas kamu!?’’ Meli berjalan setelah mengatakan kata itu sambil memanyunkan bibirnya kepada pemuda yang sedang menyapu lantai tersebut. ‘’Yah malah pergi?’’ gerutu pemuda itu sambil memandangi kepergian wanita jutek itu lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, ‘’Meli..Meli..’’ ‘’Hei Gung? Kenapa kemarin gak masuk kerja?’’ Mala datang menghampiri Agung dan mengatakan kata itu kepadanya. ‘’Eh Mala, bikin kaget saja kamu kirain nenek lampir itu lagi?’’ sahut Agung dengan menolehkan kepalanya, ‘’kemarin aku bangun kesiangan La, jadi gak berangkat deh’’ ucapnya lagi sambil memandangi wajah wanita yang sedang berdiri di belakangnya. ‘’Kirain kamu sakit?, resto ini sepi kalau gak ada kamu Gung’’ balas Mala dengan memberikan senyuman terbaiknya kepada pemuda tersebut. ‘’Masa sih La?’’ sahut Agung dan menghentikan menyapunya sambil membalikkan badan dan menatap kedua mata wanita tersebut. ‘’Iya Gung, bagiku kalau gak ada kamu resto ini terasa hampa walaupun banyak orang’’ jawab Mala dengan senyuman tipis membuat wajah ayu itu semakin cantik. ‘’Bisa aja kamu La? Masa gak ada aku saja terasa sepi, emang yang lain pada kemana?’’ pemuda itu berkata dan tangannya menepuk lengan wanita itu lalu tersenyum kepadanya.
Show All▼
Chapter

Suasana pagi yang cerah di sebuah rumah seorang pemuda baru saja selesai mandi, Agung namanya, pemuda itu masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian, ‘’ah segernya sehabis mandi’’ gumammnya sambil mengambil pakaian dari dalam lemari, ia menggunakan celana pendek dan kaos oblong berwarna putih, ‘’duwit..duwit..duwit..’’ suara dering ponselnya berbunyi.

‘’Hallo bro, gimana kabar lu?’’

sapa Agung dalam telefon kepada temannya.

‘Gue baik-baik saja, kapan lu mau main kesini?, ayolah kamu belum pernah main ke rumahku?’’

jawab Aris di sebrang telefon.

‘’Sebenarnya sih aku pengin main ke rumah lu sekalian cari pekerjaan di sana?, tapi kapan yah?’’

balas Agung sambil berfikir.

‘’Pokoknya besok aku tunggu, nanti aku jemput di terminal oke?’’

sahut Aris di sebrang telefon.

‘’Baiklah, nanti aku kabari kalau sudah sampai di terminal’’

jawab Agung lagi lalu menutup sambungan telefon tersebut.

Agung lalu berjalan keluar dari kamarnya menuju ke meja makan, ‘’Mah, apa makanan sudah siap?’’ Agung bertanya kepada Mamahnya yang sedang membereskan peralatan dapur, ‘’sudah sayang, kamu saraan dulu sana?, Mamah mau nyuci peralatan dapur dulu’’ jawab Mamah Intan sambil menoleh kepada anak semata wayangnya tersebut.

Agung mulai menyantap makanan dengan lahap, ‘’Mah, besok aku mau ke jakarta, aku akan menginap di rumahnya Aris’’ ucap Agung di sela-sela makannya, Mamah Intan pun menoleh kepada anaknya, ‘’Aris temanmu yang sewaktu SD itu?’’ tanya Mamah Intan sambil mengingat-ingat nama Aris teman anaknya tersebut.

‘’Iya Mah, sudah lama keluarga mereka di jakarta dan kabarnya Ayahnya Aris sudah meninggal setahun yang lalu’’ jawab Agung memberitahu kepada Mamahnya.

‘’Ya sudah Mamah titip salam saja buat Ibunya Aris yah dan ingat?!, kamu harus giat bekerja dan jangan suka kelayaban, kalau sudah pulang langsung istirahat saja di rumah’’ sahut Mamah Intan dan tersenyum kepada anaknya.

‘’Iya Mah nanti aku sampaikan kepadanya’’ balas Agung sambil mengunyah makanan.

Keesokan harinya Agung sudah bersiap-siap berangkat ke jakarta, ‘’Mah aku berangkat dulu, doakan aku supaya sukses di perantauan’’ ucapnya kepada sang Mamah,’’iya nak pasti Mamah akan selalu mendoakan kamu supaya sukses, hati-hati di jalan’’ jawab Mamah Intan sambil menepuk pundak anaknya, setelah berpamitan kepada Mamahnya, pemuda itu meninggalkan rumah, dengan menggunakan ojek Agung menuju ke terminal tak butuh lama pemuda itu pun sampai di terminal dan naik bus yang bertujuan ke jakarta.

Agung duduk di tepi jendela bus tersebut sambil menikmati cemilan yang di bawanya dan mendengarkan musik di ponsel miliknya supaya tidak jenuh di dalam bus tersebut, ia menikmati perjalanan itu sambil mendengarkan musik di ponselnya, setelah hari hampir petang Agung baru sampai di jakarta lalu menelfon Aris untuk menjemputnya, ia lalu menunggu temannya datang dan duduk sambil terus waspada terhadap copet maupun jambret, karena setiap terminal terkenal dengan orang-orang seperti itu.

Tak lama menunggu akhirnya Aris datang dengan mengendarai mobilnya, ‘’tin..tin..’’ suara klakson mobil berbunyi, Agung menoleh ke arah suara tersebut, ‘’wuih..sekarang lu punya mobil?, keren..keren..’’ ucap Agung yang melihat temannya di mobil tersebut, ‘’ayo masuk?’’ jawab Aris menyuruh Agung untuk masuk kedalam mobilnya.

‘’Oke bro’’ sahut Agung lalu bergegas masuk kedalam mobil tersebut.

Mereka pun melesat meninggalkan tempat itu, ‘’keren sekarang kamu Ris, sudah punya mobil’’ Agung berkata sambil mengagumi mobil milik temannya itu, ‘’ini mobil peninggalan Ayahku Gung, lumayanlah masih bagus, ya gak?’’ jawab Aris sambil tersenyum kepada temannya tersebut.

‘’Benar bro, mobil ini masih bagus, apalagi kalau di bawa ke kampung, pasti banyak cewek yang melirik lu Ris?’’ sahut Agung yang ikut tersenyum kepada temannya.

‘’Lu bisa aja Gung’’ balas Aris sambil menepuk lengan temannya tersebut, ‘’kamu belum makan kan?, ayo kita mampir dulu?’’ ucapnya lagi mengajak Agung untuk makan.

‘’Kamu tahu aja kalau aku belum makan’’ balas Agung sambil tersenyum.

‘’Jelas tau dong, kita sudah kenal lama masa aku gak tahu kebiasaan lu sih’’ jawab Aris sambil menoleh kepada temannya.

Aris menghentikan mobilnya di parkiran restoran lalu mereka berdua turun dari mobil, ‘’kita mau makan di sini Ris?’’ Agung bertanya kepada temannya itu sambil melihat restoran yang cukup mewah itu, ‘’ayo masuk jangan banyak bertanya’’ jawab Aris sambil menoleh.

Mereka masuk dan duduk di bangku yang kosong lalu Aris memesan makanan, ‘’Vi, bawakan kami makanan yang special?!’’ Aris berkata kepada Vivi pelayan restoran tersebut, ‘’baik Bos’’ jawab wanita itu lalu bergegas menyiapkan makanan untuk Bosnya tersebut, namun Agung belum tahu kalau restoran itu milik Aris.

Kedua orang itu terus menikmati sajian dari restoran tersebut sambil mengobrol sesekali mereka bercanda dan saling mengingat masa-masa kecil mereka sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, sesekali kedua orang itu tertawa bersama mengenang masa-masa kecilnya, ‘’kamu dulu masih suka menagis ya Gung kalau di jahili oleh teman-teman kita’’ ucap Aris yang mengingat sewaktu Agung menangis karena di jahili oleh teman-temannya.

‘’Kamu masih ingat itu Ris, kamu sih gak bantuin aku’’ jawab Agung sambil menepuk lengan temannya itu.

‘’Gimana gue mau bantuin?, lu aja gak bilang sama gue kalau ada teman yang suka jahil sama kamu’’ sahut Aris sambil tersenyum kepada sahabatnya itu.

‘’Lucu yah kalau teringat masa kecil kita’’ ucap Agung yang ikut tersenyum dan terus mengunyah makanan.

‘’Iya benar, dulu kita masih sangat polos sekali, taunya hanya bermain dan minta uang saja’’ balas Aris lalu menoleh dan tersenyum.

‘’Betul apa katamu Ris’’ sahut Agung dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum lagi pada temannya itu.

Kedua orang itu terus menyantap makanan sambil mengobrol sampai perut mereka terasa kenyang dan lapar pun hilang.

*BERSAMBUNG*