hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Kebangkitan Si Janda Pewaris

Kebangkitan Si Janda Pewaris

Author:penapika

Miliarder | Finished

Introduction
Natasha akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan yang menyiksanya selama tiga tahun terakhir. Keluarga suaminya selalu menindas dan memperlakukan Natasha seperti pelayan karena asal usulnya yang tidak jelas. Edward Widjaja, suami yang dicintainya pun seakan buta untuk melihat semua penderitaan yang Natasha terima selama ini. Terlebih dengan kehadiran Wanda, wanita pengganggu rumah tangganya yang berkedok sebagai sahabat Edward itu semakin membuat Natasha muak! Setelah bercerai, Natasha kembali pada identitas aslinya yang merupakan putri dari keluarga Seobandono, keluarga terpandang yang bukan hanya dihormati oleh seluruh kota tetapi juga seantero negeri! Lalu, bagaimana reaksi Edward dan keluarganya saat mengetahui bahwa Natasha adalah Pewaris Miliarder?
Show All▼
Chapter

Ding!

Notifikasi pesan masuk terdengar.

[Segera pergi ke rumah sakit untuk mendonorkan darah!]

Ketika Natasha melihat pesan itu, dia tertegun sejenak. Dadanya seakan mendapat pukulan yang keras. Nama pengirim pesan itu adalah “Hubby” suaminya.

Ding!

Pesan lain kembali masuk. Kali ini pemberitahuan dari Bank bahwa Natasha telah menerima transfer dana sebesar 5 miliar. Natasha kemudian menggeser layar ponselnya, melihat riwayat pesan dengan suaminya.

[Jangan lupa pergi ke rumah sakit!]

[Transfer Dana : 5 miliar]

[Ingatlah untuk pergi ke rumah sakit dan mendonorkan darah.]

[Transfer Dana : 5 miliar]

[Tolong segera datang ke rumah sakit!]

[Transfer Dana : 5 miliar]

Natasha mengabaikan semua pesan itu, menutup chat room dan kembali berbaring di tempat tidur.

***

Dalam tiga tahun pernikahan mereka, satu-satunya suami Natasha, Edward Widjaja mulai mengirim pesan tiada henti hanya untuk memintanya datang ke rumah sakit dan mendonorkan darah. Lebih tepatnya, untuk menjual darah.

Darah Natasha dijual untuk Wanda Prameswari. Bulan ini saja Natasha sudah mendonorkan darahnya tiga kali untuk Wanda, lebih dari yang bisa ditoleransi oleh tubuhnya.

Natasha duduk di sofa saat matanya terasa mulai kabur. Kemarin saat dia menunggu Edward pulang, dia berdiri di tengah hujan selama lebih dari satu jam. Kini dia merasa tidak enak badan dan pusing. Edward sendiri bahkan mungkin tidak tahu jika Natasha sedang demam. Pria itu selalu memperlakukan Natasha seperti orang asing sepanjang pernikahan mereka.

Natasha terbatuk, berjalan mengambil ponselnya yang berdering. Dia ragu untuk menjawab. Namun, tiba-tiba saja ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Isi pesan itu menghancurkan pertahanan terakhir dan harga diri Natasha.

[Bahkan jika kamu adalah Nyonya Widjaja, itu hanya sebuah gelar. Kamu bahkan tidak tahu malu menempati posisi ini selama tiga tahun. Apakah sebelumnya Edward pernah melihatmu sekali saja? Dia bahkan tidur di tempatku semalam. Jika saya menjadi kamu, saya akan mencari tali untuk menggantung diri. Kamu hanya seorang perusak rumah tangga!]

‘Seorang perusak rumah tangga?’

Natasha tiba-tiba merasa tercekik. Dia tertekan dan terguncang. Natasha adalah istri sah Edward Widjaja. Dia bahkan meninggalkan keluarga dan teman-temannya selama tiga tahun hanya untuk menikahi pria itu. Namun, dia justru dicap sebagai perusak rumah tangga yang hina?

Sekali lagi dadanya terasa seperti diremukkan. Perasaan sederhana sebagai istri Edward sepanjang pernikahan mendadak hancur berkeping-keping.

Setelah pesan itu, sebuah foto kembali dikirim ke ponselnya. Itu wajah tidur milik Edward yang tenang, ketampanannya seperti fitur pahatan yang sempurna. Sebuah karya seni yang membuatnya begitu tertarik, seperti ngengat untuk api.

Foto ini seperti sebuah gambaran dari pesan sebelumnya. Dan wanita yang tidur di bahu Edward tidak lain adalah Wanda. Mereka tampak seperti sepasang kekasih yang intim. Meskipun mata keduanya tertutup, sudut bibir Wanda menunjukkan keterjagaannya saat itu.

Ponsel Natasha kembali berdering. Kali ini panggilan dari mansion keluarga Widjaja. Natasha mengangkat panggilan itu, terdengar suara ibu Edward, Febby, menyuruhnya melakukan sesuatu seperti biasa.

“Natasha, apa kamu lupa ini hari apa?! Para pelayan sedang libur, jadi cepat bangun dan memasak untuk kita!”

Natasha mencibir, menutup panggilan tanpa berkata apa-apa. Dia telah berusaha keras untuk menyesuaikan diri, berjalan di sekitar Edward Widjaja, mencoba untuk mempertahankan pernikahan yang rapuh ini.

Di kantor semua orang meremehkannya, tetapi Natasha masih melakukan yang terbaik sebagai sekretaris Edward. Di rumah, ibu dan saudara perempuan Edward pun memandang dirinya sebagai “tidak jelas asal-usulnya”.

Mereka selalu berbuat buruk pada Natasha di setiap kesempatan. Mereka menyuruh Natasha membereskan rumah, memintanya memasak, dan juga mencuci pakaian.

Natasha, yang seharusnya menjadi Nyonya Muda di rumah keluarga Widjaja justru diperlakukan seperti pelayan rendahan. Namun, Natasha tetap bersikap lemah lembut dan patuh. Dia juga tidak pernah mengeluh tentang semua itu pada Edward karena takut mengganggunya dan menempatkan suaminya di posisi yang sulit.

Edward memiliki banyak pekerjaan yang membuat pria itu sampai tidak peka tentang apa yang terjadi pada Natasha. Meski begitu, terlepas dari seberapa banyak orang yang membencinya, Natasha masih bersedia bertahan dan menanggung semua itu sendiri demi Edward Widjaja.

Namun sayang, selama tiga tahun terakhir, sepertinya Edward tidak pernah mengingat bahwa Natasha adalah istrinya. Sejauh ini, mereka hanya berkomunikasi ketika Edward memberikan pekerjaan pada Natasha di kantor, meminta Natasha untuk mendonorkan darah dan mengirimkan transfer dana padanya.

Natasha merasa lelah, dia tidak bisa menahan penderitaan itu lebih lama. Ini bukan kali pertama Wanda memprovokasinya. Di masa lalu, Natasha selalu menertawakan kata-kata kasar dan kejam yang ditujukan padanya, tetapi foto yang barusan itu benar-benar menginjak harga dirinya.

Penghinaan, rasa kesepian, dan juga aura dingin melanda dirinya dengan kuat. ‘Apakah tiga tahun pernikahanku hanya lelucon?’

Saat ini wajah Natasha sangat muram. Dia akhirnya membuat sebuah keputusan. ‘Baiklah. Sudah waktunya lelucon ini berakhir.’

Natasha kemudian mengambil ponsel, tanpa ragu mengetik dan mengirim pesan pada Edward.

[Ayo bercerai.]

***

Natasha meletakkan ponselnya. Dia menahan sakit hati dan rasa terbakar yang mengalir pada tubuhnya. Menguatkan diri untuk naik taksi menuju ke Pengadilan Agama.

Waktu berlalu dari detik ke menit. Edward sudah menghubungi Natasha dua kali setelah mendapat pesan tentang perceraian itu tetapi tidak satu pun panggilannya terjawab. Edward lalu menolak untuk menghubungi istrinya lagi.

Natasha duduk di bangku, wajahnya tampak sangat pucat. Satu jam kemudian, Edward berjalan mendekat dengan wajah tegas dan tanpa ekspresi. Dia menatap dingin Natasha. “Apa yang sebenarnya membuatmu tidak puas? Aku tahu kau sudah menyumbang lebih banyak darah bulan ini tetapi aku juga sudah memberimu kompensasi yang pantas!”

“Mari kita bercerai.”

Natasha mendongakkan kepala hingga tatapannya bertemu dengan milik Edward. Suaranya lirih, dia enggan berbicara dengan Edward lagi. Bagaimanapun, selama pernikahan mereka tidak pernah berada di halaman yang sama. Mereka tidak pernah sepaham, atau lebih tepatnya, mungkin Edward yang tidak berusaha untuk memahaminya.

Natasha lalu melihat ciri-ciri menonjol dari pria di hadapannya itu untuk terakhir kalinya. Suaminya sangat tampan, memiliki postur tubuh yang tinggi, membuat Natasha jatuh cinta padanya. Namun, Edward tidak pernah sekalipun tersenyum padanya.

Di masa lalu, Natasha selalu berhati-hati di sekitar Edward, berusaha untuk tidak membuatnya kesal. Namun sekarang ketika dia melihat wajah suaminya yang keras, Natasha mati rasa. Dia tidak bisa merasakan apapun lagi ketika melihat wajah Edward.

Sebaliknya, Edward menatap Natasha dengan wajah muram. Dia bisa mentolerir semua permintaan atau tuntutan Natasha, tetapi Edward membutuhkan alasan. ‘Apa dia berpikir bahwa dia satu-satunya orang yang bisa mendonorkan darah untuk Wanda?’

“Natasha, jangan menyesali keputusanmu!” Edward memberikan peringatan pada istrinya.

“Yang paling aku sesali adalah menikah denganmu tiga tahun lalu.” Natasha tersenyum menyedihkan.

‘Aku sudah cukup menderita dalam pernikahan ini denganmu, Edward Widjaja. Kini cukup sudah!’

Saat itu, menjelang penghujung hari hanya ada beberapa orang yang mengantri dan mereka adalah pasangan terakhir.

Tiga tahun pernikahan mereka berakhir begitu cepat. Mereka bahkan menolak melakukan mediasi yang disarankan. Hingga semuanya berakhir hanya dalam hitungan menit. Saat Natasha memegang surat pernyataan cerai miliknya, hatinya bergetar.

Edward tidak mengatakan apapun, juga tidak melempar pandangan pada Natasha. “Ayo pergi ke rumah sakit.”

Bahkan di saat seperti ini, Edward masih tidak lupa menggunakannya untuk terakhir kali.

Natasha sedikit mengangkat kepalanya dan tiba-tiba tertawa sumbang. “Edward Widjaja, bahkan jika dia mati di depanku nanti, aku tidak akan menyia-nyiakan setetes darahku untuknya lagi!”

Tiba-tiba mata Edward berubah kelam. “Bagaimana kau bisa mengutuk Wanda seperti itu ketika dia sakit? Jangan pernah lupa dengan perjanjian pernikahan kita sebelumnya, bahwa kau akan mendonorkan darah kapanpun saat Wanda membutuhkannya.”

Saat itulah, Natasha merasakan jantungnya seperti ditusuk oleh besi yang baru selesai dipanaskan. Rasanya benar-benar sakit.

‘Benar … dia menikah denganku karena aku memiliki darah emas. Aku sudah berjanji untuk menyumbangkan darah Rh-null milikku yang berharga dan langka pada Wanda Prameswari kapanpun dia membutuhkannya.’

Natasha menatap pria di depannya dengan lekat, tetapi pria itu menunjukkan ketidakpedulian seperti biasa. Menyadari arti dirinya bagi Edward Widjaja membuat Natasha tersenyum lebar hingga tawanya menggema tak terkendali.

‘Aku seharusnya sadar dari awal bagi Edward Widjaja, aku hanyalah orang rendahan. Bank darah berjalan untuk Wanda.’

***

Author's Note :

Terima kasih banyak sudah mampir ke cerita kedua author ini! Kunjungi juga cerita menarik author yang lain berjudul "Menikahi Tuan Muda Iblis" ya!

[Kutipan cerita]

Elvano Fabian berada dalam keadaan koma sejak kecelakaan mobil setengah tahun yang lalu. Dilanda kesedihan yang mendalam, ibu Elvano, Raisa Fabian mengatur pernikahan untuk putranya.

Keluarga Fabian adalah salah satu keluarga terkaya di Jakarta, tetapi tidak ada wanita kalangan atas yang bersedia menikah dengan pria di ambang kematian, kecuali Aeryn Thomas. Aeryn menikahi Elvano atas paksaan ibu dan kakak tirinya.

Setelah menikah, Raisa meminta Aeryn untuk dapat melahirkan ahli waris Elvano sebelum pria itu menghembuskan napas terakhir. Ketika semua orang percaya bahwa ajal akan segera menjemput Elvano, pria itu justru terbangun dari koma dan menolak kehadiran Aeryn sebagai istrinya.

Tepat setelah Elvano ingin melayangkan perceraian, Aeryn mengetahui bahwa dirinya tengah hamil. Kini Aeryn berada dalam dilema, antara menggugurkan kandungannya atau mempertahankan pernikahan dengan Tuan Muda Elvano yang mirip seperti jelmaan iblis!