hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Gadis Perawan Sang Tuan Muda

Gadis Perawan Sang Tuan Muda

Author:Queen Silver

Roman Dewasa | Finished

Introduction
Dalam perjalanan untuk melarikan diri, seorang pria asing mengambil keperawan seorang wanita bernama Eliana Nasution. Dia tidak menyangka pria asing itu adalah Arthur Dirgantara, yang memiliki kekayaan yang melimpah. Arthur juga dikenal sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi, juga kejam dan dingin. Dia mengatakan bahwa dia tidak mencintai pria yang sudah merebut keperawanannya. Namun, itu tidak benar. Dia menderita setelah kejadian hari itu. Akhirnya, dia tidak tahan lagi dengan semua yang dirasakannya. “Kamu tidak perlu tanggung jawab lagi padaku, dan kamu bebas sekarang.” Eliana Nasution. “Eliana, apakah kamu salah? Bukankah seharusnya kamu yang bertanggungjawab?” Arthur Dirgantara.
Show All▼
Chapter

“Suamimu dan aku sedang berada di kamar nomor 208, kami melakukan sesuatu yang sangat kami sukai. Eliana, kenapa kamu tidak bercerai saja? Apa kamu begitu bodoh? Kamu bahkan tidak bisa menjaga tubuhnya dan juga hatinya.”

Eliana mendapatkan pesan singkat, ia berusaha acuh melihat pesan teks di ponselnya, namun dia tidak serela itu hingga akhirnya pergi untuk melihat apa yang sedang terjadi walaupun sebenarnya sangat tidak ingin dia lihat.

Eliana berdiri tepat di depan pintu kamar nomor 208. Bulu matanya yang panjang itu seolah menutupi kegelapan yang ada di matanya, dan tidak ada ekspresi berlebihan yang tergambarkan di wajahnya.

Krek!

Suara pintu terbuka. Gavin Anderson tiba-tiba keluar dengan asistennya yang sangat cantik dan mempesona. Tentu saja, tubuh wanita cantik itu berada di dalam pelukan lelaki yang kini menyandang status sebagai suami dari Eliana.

Gavin melihat ke arah Eliana, dia terdiam seketika dan langsung mengangkat sudut mulutnya. “Kenapa tidak masuk? Diluar sangat panas, dan apakah kamu tidak lelah berdiri disana?”

Eliana memandangnya dengan sangat acuh seraya berkata, “Aku takut mengganggu anda sehingga aku memilih untuk berdiam disini. Tapi, apakah anda baik-baik saja?”

Mata Gavin langsung berkilat marah ketika mendengar ucapan dari sang istri. “Eliana, kamu yang sangat kotor, kenapa kamu harus berkata demikian seolah aku yang sangat kotor dibandingkan kamu.”

Eliana tersenyum kecil lalu tertawa begitu keras sehingga air mata mengalir keluar dari matanya. Dia ingat betul tiga tahun yang lalu penculikan itu terjadi kepada dirinya. Tidak bisa dihindari sehingga Eliana mengalami hidup yang begitu kotor.

Dalam perjalanan melarikan diri dari penculikan itu, Eliana dihancurkan oleh seorang pria bertopeng yang sangat aneh.

Namun, ada yang lebih menyakitkan, Eliana harus melihat Gavin dan seorang wanita berada di dalam sebuah mobil dan mereka saling memperlihatkan kemesraannya. Dan wanita itulah dalang penculikan Eliana.

Tentu saja perasaannya sangat hancur, bahkan rasa sakit seolah tidak bisa tertahankan lagi. Dia tidak tahu bagaimana hari itu bisa terjadi, tapi semua kenangan itu tidak bisa lepas dari pikirannya.

“Jika aku membuatmu tidak nyaman, aku benar-benar minta maaf. Aku sudah terbiasa, bukan?” Eliana dengan malas mengangkat dagunya.

Mata Gavin mendingin. “Apa yang kamu lakukan disini? Jangan bilang jika kamu sengaja datang ke sini untuk membuatku tidak bahagia.”

“Aku khawatir kamu benar. Firasatmu selalu sangat akurat.” Eliana tersenyum dengan tenang.

“Pergilah!” kata Gavin kasar.

Eliana langsung mengeluarkan dokumen dari tasnya dan langsung menyerahkan kepada Gavin. Gavin tidak langsung mengambilnya. Dia pun bertanya dengan hati-hati, “Apa ini?”

“Dia,” ucap Eliana kepada wanita cantik yang ada di samping Gavin yang tak lain adalah asisten Gavin.

“Apa yang salah denganku?” tanya wanita itu sambil memegang lengan Gavin.

Wanita itu tahu jika Eliana adalah istri dari Gavin, tapi dia sama sekali tidak menyukainya.

Hari ini, sepertinya Eliana sudah sangat muak dengan Gavin. Itu sebabnya Eliana memberanikan diri dan sama sekali tidak takut kepada suaminya itu.

Eliana membacakan informasi dari dokumen yang ada di tangannya itu. “Kamu adalah wanita kotor yang sangat terkenal di Kota Long. 80% pengusaha kaya di kota Long telah tidur denganmu, dan salah satunya ditemukan bulan lalu.”

Wanita itu terkejut hingga wajahnya menjadi pucat. Sementara itu Eliana menatap ke arah Gavin. “Apakah anda ingin membaca informasi yang lebih detail tentang wanita ini?”

Gavin langsung mengambil dokumen dari tangan Eliana. Cahaya ganas langsung keluar dari mata Gavin, dengan cepat dia melemparkan dokumen itu wajah istrinya. “Kamu selalu membuat orang merasa tidak bahagia, Eliana.”

Eliana tetap berdiri tegak saat kertas itu mulai mengenai wajahnya. Ya, ternyata itu lebih menyakitkan dari yang dibayangkannya.

Dia mencibir dan berkata, “Kamu tahu, aku sangat mengandalkanmu untuk menghabiskan sisa hidupmu.”

“Maka aku harus melakukan sesuatu yang membuatmu semakin tidak bahagia untuk membuatku bahagia. Sebaiknya kamu pulang, kamu tidak perlu menungguku disini,” ucap Gavin dengan marah.

Gavin berbalik dan melangkah menuju ke arah lift. Berjalan tegak seolah acuh dan tanpa ekspresi. Eliana tahu apa yang dia maksud dengan mengatakan bahwa dia tidak harus menunggunya. Ya, malam ini, suaminya akan bermalam dengan wanita lain, itu sangat menyakitkan tentunya.

Bahkan, Eliana yang berstatus sebagai istrinya saja tidak pernah disentuh oleh Gavin. Di mata suamiya, Eliana tidak lebih baik darinya. Kabut secara bertahap meresap ke matanya yang dingin, bukan dia tidak ingin mengatakan jika dia tidak menangis itu berarti tidak sakit.

Wanita itu langsung menampar Eliana. Tentu saja Eliana tidak ada persiapan sehingga dia tidak bisa membela diri dengan baik. Dia mundur beberapa langkah dan bersandar di dinding.

“Kamu sangat jahat. Kamu telah menghancurkanku. Apakah kamu pikir bisa mendapatkan hatinya?” Wanita itu mengepalkan tangannya dan berkata dengan nada yang penuh dengan emosi.

“Aku sama sekali tidak menginginkan hati pria itu.” Kali ini, Eliana menampar wajah wanita itu sebagai bentuk pembalasan. “Satu hal yang harus kamu tahu, aku bukan seseorang yang bisa kamu hina.”

“Lalu, kenapa kamu tidak bercerai?” timpal wanita itu.

“Kamu tidak berhak tahu. Informasi akan segera diketahui, jaga dirimu baik-baik.” Eliana berkata dingin dan dengan segera berjalan keluar dari hotel.

Saat itu sudah sangat larut malam, dia merapikan pakaiannya dan berjalan dijalan yang sepi. Cahaya bulan meregangkan sosoknya. Perjalanan yang sangat berat ketika mengingat kejadian yang baru beberapa menit yang lalu terjadi.

Helaan nafas kini tercipta. Eliana menyadari jika kembali ke rumahnya, itu tidak akan membuatnya merasa lebih nyaman hingga dia memutuskan untuk ke ruang tugasnya di rumah sakit, setidaknya disana ada ruangan yang memang khusus untuknya beristirahat. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah sakit dibandingkan di rumahnya. Tentu saja karena hubungan rumah tangganya yang tidak baik-baik saja sehingga Eliana selalu mencari tempat untuk menenangkan dirinya.

Begitu tiba di rumah sakit, di selasar rumah sakit yang sangat sepi, tiba-tiba ada seorang pria dengan berseragam militer hijau tengah berlari dengan wajah serius dan bertanya dengan cemas. “Apakah anda seorang perawat yang sedang bertugas?”

Eliana bisa melihat kecemasan itu, “Ada apa? Ada apa?”

“Ada seorang wanita hamil yang disekap, sekarang air ketubannya telah pecah dan situasinya sangat mengkhawatirkan. Pertolongan pertama segera diperlukan, bisakah anda ikut denganku?” ucap prajurit itu dengan mendesak.

Eliana menyadari jika lelaki itu adalah seorang tentara. Ya, mungkin saja dia tengah bertugas memberantas sandraan dan mendapati wanita hamil.

Cairan ketuban pecah, itu sangat bahaya bagi ibu hamil dan janin. Eliana tidak punya waktu untuk memikirkannya. “Aku akan menyiapkan peralatan medis, dan segera ikut denganmu. Beri aku waktu lima menit.”

Tidak butuh waktu yang lama, lima menit berlalu kini Eliana mengikuti tentara itu ke sebuah taman yang sedikit jauh dari rumah sakit.

Tepat depan sebuah bangungan, terlihat jelas ada beberapa tentara dengan wajah yang sangat serius. Mereka tidak bergerak, mereka seolah terlatih dengan baik dan sedang menunggu instruksi dari atasan mereka.

Eliana dibawa ke kamar nomor 1, terlihat jelas ada seorang pria yang seolah memegang komando. Dia memiliki wajah tegas dan juga mata yang sangat tajam. Fitur wajahnya yang dalam seperti karya seni yang sangat sempurna di tangan seorang pematung. Sikap kepahlawanannya sangat menakjubkan sehingga membuat semua orang akan terpesona melihatnya.

Yang membuatnya penasaran adalah diantara mereka yang mendengarkan dengan seksama, ada dua utusan bintang tiga di pundak mereka.

“Bukankah identitasnya adalah seorang jendral?”

Mata tajam pria itu menyapu dan seolah dia penuh dengan niat membunuh. Eliana terdiam, seketika ketakutan mulai terjadi hingga akhirnya Eliana menundukkan kepalanya.

Lelaki itu berjalan menuju ke arahnya, bayangan gelap yang dibentuk oleh sosok tinggi itu menyelimutinya, membentuk momentum yang menindas.

“Angkat kepalamu,” perintah Arthur.

Matanya yang tajam seperti elang, kini menatap wajahnya yang halus dengan bibir yang tertutup. Dia tidak marah tapi terlihat sangat tegas dan kuat.

Eliana mengangkat kepalanya dan menatapnya dibawah tekanan lelaki itu. Wajahnya dingin dan matanya tajam. Ini adalah pertama kalinya dia melihat pria yang bisa membuat orang menghormatinya bahkan jika dia tidak berbicara.

“Aku seorang dokter, bukan penjahat,” jelas Eliana.

Cahaya tajam melintas di mata Arthur. Dia memerintahkan bawahannya dengan tajam, “Lepaskan dia dan ganti dengan yang lain.”

Eliana bingung. “Kenapa aku tidak bisa?”

“Tiga pemimpin perdagangan narkoba ada di depan kita. Mereka bisa membunuh orang tanpa berkedip. Apakah kamu berani melakukan itu?” Arthur bertanya dengan dingin.

“Kenapa tidak?” tanya Eliana.

Mata dingin Arthur kini menegang. Dia memegang dagunya dan mendekat. “Pikirkan baik-baik dan jawab aku. Kamu akan memiliki jalan keluar yang sangat sulit, ini bukan permainan anak-anak yang bisa dibuat candaan.”

Semua nafasnya jatuh di bibirnya, hingga membuatnya tampak sangat berani. Ya, Eliana sangat keras kepala. Semakin banyak orang yang memandang rendah dirinya, maka semakin dia ingin membuktikan jika dia tidak serendah itu.

“Jika kamu takut mati, jangan datang kesini.” Mendapatkan ucapan seperti itu, Eliana langsung menatap ke arah Arthur dengan tatapan yang sangat lurus seolah dia tidak takut akan bahaya.

Arthur mengerutkan dahinya dan menatapnya dalam-dalam. Matanya sangat gelap sehingga dia bisa dengan jelas melihat bayangannya di matanya ... di masa lalu.