hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Mencintaimu adalah urusanku

Mencintaimu adalah urusanku

Author:

Bayi | Finished

Introduction
Rian Prawiranto adalah pemegang kendali keluarga Prawiranto yang sangat berkuasa di dunia bisnis, dengan dingin menahan gairah, bersikap bengis, Serafina Santoso malah dit*duri oleh barang kecil ini, dimakan habis. “Berani sekali kamu?” Menahan Serafina di dinding, suara lelaki yang berat dan berbahaya. Wajah Serafina memerah, terlihat agak kacau, “Lepaskan aku, di… di perutku sudah mengandung anakmu!” “Oh, benar kah?” Tiba-tiba, tangan besar yang hangat dan kasar menghampiri perut kecil Serafina mengelus dengan perasaan yang tak jelas, “Ternyata di sini sudah ada anakku.” Ujung bibir yang jahat terangkat, Rian tersenyum dingin, “Kalau begitu apa kamu masih berani melarikan diri?”
Show All▼
Chapter

Hotel James, Kota Tiara——

Koridor yang megah dan lampu kristal yang mewah, tidak satu pun sudut di hotel itu yang tidak dipenuhi dengan gaya mewah kelas atas.

Namun berapa banyak kem*suman yang tersembunyi di balik semua kemewahan ini?

Di Presidential Suite termewah di lantai teratas, tidak ada lampu yang menyala, kegelapan menyelimuti segalanya.

Bau nikotin yang menyelubungi udara membuat Serafina sedikit lebih tenang, tapi masih tetap bisa terdengar suara detak jantung yang tak beraturan.

"Lepas pakaianmu."

Kemudian terdengar suara laki-laki yang berat dan rendah, tubuh kecil Serafina yang menunduk ketakutan di depan ranjang tiba-tiba gemetaran, matanya membelalak sangat ketakutan.

Di atas ranjang besar, duduk sesosok bayangan lelaki muda. Meski redup, samar-samar masih bisa terlihat itu adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar.

Dia bahkan juga tidak memakai jas, hanya memakai kemeja hitam, berpundak lebar berpinggang ramping, dengan wajah dingin yang tampan, sekujur tubuh memancarkan satu martabat yang membuat orang tidak berani mendekat.

Serafina sangat gugup sampai kesulitan bernafas. Wajah kecil memucat, dengan tangan yang gemetaran membuka kancing kemejanya, mengulur waktu lama sekali juga belum berhasil membuka satu kancing pun.

"Percepat gerakanmu, jika kamu tidak ingin terjadi sesuatu dengan ayahmu!"

Rian dengan suara yang rendah dan berat menghina, menahan satu lapisan tipis kemarahan, di waktu bersamaan dia mematikan api cerutu di asbak kristal di lemari samping ranjang, seakan sudah tidak sabar untuk menunggu lagi.

Tangan Serafina yang membuka kancing terhenti, kancingnya pecah, dia menggigit kuat bibir yang sama sekali tidak berwarna darah itu, wajah pucatnya lebih menakutkan orang lagi, "Pak Rian, sebenarnya aku ..."

Serafina tiba-tiba tertegun.

Rian melangkahkan kaki panjangnya, berjalan turun dari ranjang, dengan gaya dingin yang mempesona mengambil jaket yang tergantung di gantungan baju lalu berjalan ke luar pintu.

Hati Serafina gemetar, di samping telinganya terngiang peringatan Heryanto Santoso ketika mengantarnya ke hotel.

“Yang orang itu inginkan adalah kakak perempuanmu, tetapi kamu juga tahu status kakak perempuanmu? Dia akan menikah dengan seorang diplomat negara M, masa depannya tidak boleh hancur seperti ini saja! Malam ini kamu bersandiwara yang baik menjadi dia. Setelah semua ini berakhir, aku akan bertanggung jawab penuh atas biaya pengobatan adik tirimu itu dan juga biaya pendidikanmu. Jika tidak, jangan salahkan aku yang menjadi ayahmu ini kejam!”

Tidak! Dia tidak boleh membiarkan lelaki itu pergi!

“Sebentar!” Tangan kecil Serafina dengan cepat membuka kancing kemejanya dan kemeja tipis itu lepas.

Suara jernih dan merdu terdengar dari belakang, tubuh gagah Rian terdiam, satu tangan langsung mengunci pintu dan berbalik, bagian mata bawahnya diterpa masuk sesosok bayangan tubuh yang putih kenyal.

Rian mengangkat alis tampannya, dengan mata muram, dalam tak terukur menatap kulit Serafina.

“Meng*urkan sekali!”

Pintu dibanting dan tertutup rapat. Rian berjalan dengan cepat, tubuh tinggi itu langsung saja menekan Serafina, “Kalista, kamu sepertinya terlihat sangat berbeda malam ini.”

Dia mengangkat dagu Serafina dengan satu tangan. Di kegelapan yang mengandung asap rokok itu, dengan menggunakan ujung jarinya yang kasar dia mengusap bibir Serafina. Serafina gemetar ketakutan, wajah kurus yang lemah itu memucat bagaikan kertas putih.

“Astaga, aku tidak boleh membiarkan dia menemukan kejanggalan!”

Alis Rian yang ganas mengerut erat, dari antara sela gigi lelaki itu mengeluarkan satu patah ejekan tajam, “Memang sungguh menggairahkan!”

“Ah!”

Lalu tangan besar Rian menarik Serafina langsung membuatnya terbawa dan terlempar ke ranjang, sebuah pesta besar yang khusus dimainkan dalam kegelapan.

Sebuah pesta penuh nafsu berlangsung dalam kegelapan tersebut.

Rian tanpa kasihan dengan brutal melampiaskan hasrat dan kebenciannya kepada Serafina.

. Akhirnya, di depan matanya terbesat sebuah cahaya terang, tubuh Serafina terasa kram dan terjatuh. Wajah kecilnya pucat kesakitan dan tidak ada sedikit warna darah pun.

Air matanya menetes dari bingkai matanya. Namun tetap menahan dengan menggigit bibirnya, napasnya sangat lemah seakan sudah sekarat.

Ketika semua selesai, Rian perlahan mengancingkan kemejanya, mengambil sebatang cerutu dari lemari di samping tempat tidur dan menyalakannya. Ruangan itu dipenuhi dengan kabut yang menawan hati.

Alis mata Rian mengerut erat, meski dia tadi baru saja dengan ganas melampiaskan nafsunya, tapi sekarang hatinya masih tetap sangat penat, terlebih saat melihat air mata Serafina.

“Pakai bajumu dan keluar!” bibir yang sempurna itu bergerak, dia memuntahkan keluar perkataan yang tak berperasaan.

Wajah Serafina panas dan pucat sekali. Dengan terhina dia memungut pakaiannya dan perlahan mengenakannya. Kemudian dengan tertimpang-timpang, ia membuka pintu hotel.

Rian yang sedang merokok di tempat tidur seketika jadi tercengang saat melihat sosok bayangan kecil Serafina yang disinari oleh cahaya terang di koridor.

Tiga bulan kemudian.

Rumah Sakit Ginekologi Global.

Seorang dokter wanita yang berusia sekitar 40 tahun keluar dari ruang konsultasi, dengan dingin berteriak, "Apa Serafina Santoso sudah datang?"

"Ya."

Terdengar sahutan Serafina yang berpakaian sederhana dari pojok sana, wajah kecil yang bersih dan masih kekanakan dengan sepasang mata yang jernih namun tidak terpengaruh oleh pengaruh dunia luar, berjalan kemari.

Setelah dokter wanita itu mengecek catatan sejarah kesehatannya, dari matanya terpancar seuntaian ejekan sinis.

“Aku sudah banyak melihat gadis seperti kamu ini, saat muda tidak bisa menjaga diri dengan baik, terus-menerus melakukan hal bodoh, lalu ketika sudah berumur, tidak hanya tidak bisa melahirkan anak, juga masih tertular berbagai macam penyakit ginekologi.”

Serafina merasa malu, dia hanya datang ke sini untuk menghentikan kehamilannya, tidak disangka juga bisa dihina seperti ini.

Lagi pula, bisa tidak dia menjaga diri dengan baik. Punya hak apa dia menghakimi dirinya?

Serafina mengepalkan tangan kecilnya untuk menekan amarah dengan ekspresi wajah yang tenang berkata. “Dokter, apa bisa Anda cepat sedikit? Anda dengan jengkel seperti ini mencela akhlakku, apa jangan-jangan saat Anda muda juga pernah melakukan kesalahan yang sama?”

Dokter mendengus jijik dan berkata “Saya senantiasa menjaga integritas saya.”

“Jadi, Anda sampai sekarang masih perawan?”

“Kamu!”

Gadis yang datang untuk aborsi di sini kebanyakan pernah dimarahi oleh dokter ini. Setelah mendengar perkataan Serafina, seketika di ruang konsultasi langsung meledak suara tawa dokter itu.

Ekspresi wajah dokter berubah dan menatap Serafina dengan galak. “Ayo masuk!”

Serafina tanpa bersuara mengikuti dokter ke ruang konsultasi. Namun tiba-tiba terdengar kegaduhan di belakangnya, dia secara spontan melihat ke belakang, justru melihat dari ujung koridor ada sekelompok laki-laki berjas hitam dan kacamata hitam melangkah ke arahnya.

Serafina jadi panik, agak merasa orang-orang tersebut berniat buruk, lebih baik segera pergi dari sini, berpikir sampai di sini dia langsung saja mempercepat langkah kakinya untuk mengikuti dokter.

Tapi saat Serafina mempercepat langkahnya, orang-orang itu juga ikut mempercepat langkah mereka, dalam hitungan beberapa detik saja mereka sudah mengepung Serafina di koridor.

“Nona Santoso, mohon ikut kami.”

““Maaf, saya tidak kenal kalian, juga tidak mungkin ikut kalian pergi.”

Serafina ketakutan sampai wajahnya berubah pucat dan tetap berusaha untuk menghadapi mereka dengan tenang. Tapi mau bagaimana lagi orang-orang itu tidak memberinya dia kesempatan untuk menentang, menangkapnya dan langsung berjalan keluar rumah sakit.

“Lepaskan aku! Kalian ini menculikku!”

Wajah Serafina memerah dan melihat sekeliling untuk meminta bantuan, tapi tidak ada orang yang berani menolongnya.

Dengan kehilangan akal seperti ini Serafina dipaksa masuk ke mobil, lalu mobil meluncur menjauhi pusat kota menuju pinggiran kota.

Pada waktu yang sama, sebuah pesawat pribadi mendarat perlahan di Bandara Kota Tiara, yang datang menjemput adalah sebuah Rolls-Royce Phantom..

Seorang lelaki muda, yang tampak seperti asisten khusus dengan sarung tangan putih, membukakan pintu dan berdiri dengan hormat di bawah sayap besar pesawat. Kemudian sebuah tangga perlahan mendarat, di bawah kerumunan beberapa pengawal berbaju hitam , sosok yang dingin dan terhormat muncul di depan semua orang.

Putra, yang merupakan asisten khusus itu maju untuk menyambut dan berkata, "Tuan, ketika Anda pergi ke luar negeri, perwakilan dari Perusahaan Jaya mengirim seorang delegasi untuk mendiskusikan kontrak kerja sama dan ingin menginvestasi proyek kita di zona pengembangan pinggiran kota bagian Barat."

Hari ini Rian mengenakan jaket coklat, yang dibuat khusus oleh desainer terkenal dari Negara M. Desain yang sempurna, mengenakan ini membuatnya bertambah lebih terhormat.

Dia berjalan menuju mobil sambil melepas kacamata hitam klasik retro-nya dan berkata, "Aku sudah menyerahkan proyek itu kepada Jusuf, jadi saat kamu pulang ke kantor nanti rapikan dokumen dan serahkan ke Jusuf."

"Baik, Tuan."

Putra mengangguk, tetapi dia tetap berdiri di belakang Rian dan dengan bimbang berkata, “Tuan, orang yang Anda inginkan sudah kami culik kemari. Apa yang harus kami lakukan dengannya?"

Kaki panjang Rian yang terus melangkah ke depan berhenti tiba-tiba, dengan wajah datarnya, tapi juga membuat orang merasa suasana di sekeliling menjadi dingin dalam sekejap, "Pergi ke keluarga Santoso dan bawa Heryanto ke hadapanku."

"Baik, Tuan!"

...