Maria Agatha seorang wanita bermata indah dengan rambut sebahu sedang berdebar-debar saat ini. Setelah mengadakan pesta lajang dengan teman-temannya, Maria yang sedikit mabuk sedang berada di depan apartemen kekasih sekaligus CEO di perusahaan tempatnya bernaung.
Maria masuk ke apartemen Jason. Tidak nampak ada sosok Jason. Maria jadi semakin percaya diri untuk bersembunyi dan memberi Jason kejutan. Karena besok adalah hari pernikahannya dengan Jason, jadi Maria ingin memberikan segalanya pada pria yang dicintainya itu malam ini juga. Sebagai bukti bahwa cintanya begitu besar pada Jason.
Maria menghentikan langkahnya sesaat akan memasuki kamar Jason. Ada suara lenguhan aneh yang terdengar. Suara pria dan wanita yang sangat tidak asing. Maria seperti mengenalinya.
Perlahan Maria masuk ke kamar Jason yang dalam kondisi gelap. Sangat bertolak belakang dengan cahaya terang yang dipancarkan dari arah kamar mandi di kamar itu.
Maria berjalan berjinjit. Dilepasnya sepatu yang dikenakan. Dia sangat penasaran dengan apa yang akan dilihatnya sebentar lagi.
"Jason ... Kamu sungguh membuatku gila. Permainanmu tidak pernah berubah. Bahkan semakin membuatku kehilangan kesadaran ...." Suara seorang wanita yang terengah terdengar. Maria tahu betul suara siapa itu.
"Kamu juga hebat, Sayang ... Clara ... aku sungguh tergila-gila padamu ...." Maria mendengar suara sahutan dari kekasihnya, Jason!
Betapa terkejutnya Maria yang berhasil mengintip kedua insan itu. Hati Maria hancur. Hancur berkeping-keping. Ternyata kekasih dan sahabatnya berhianat di belakangnya. Bahkan mereka sudah melakulan sesuatu yang sudah sejauh ini.
"Kamu bohong, Jason! Bukankah besok kamu akan menikahi Maria. Dia bahkan sudah sangat heboh di kantor. Aku muak melihatnya yang terus memintaku untuk membantunya memilihkan gaun pengantin untuk resepsi kalian nanti!" Clara terdengar marah tetapi suaranya melemah seiring hantaman yang dilakukan oleh Jason.
"Besok aku akan mencari sejuta alasan agar bisa membohonginya. Aku tidak akan datang ke kantor pencatatan pernikahan. Akan kubiarkan saja dia menungguku di sana seperti seorang pengemis."
"Bagus, Sayang. Kamu memang harus melakukannya. Aku tidak sabar ingin melihat wajah terpuruk Maria besok."
"Semua akan ku akukan untukmu, Clara sayangku. Lihatlah, aku bahkan bisa membuat Maria vakum dari dunia selebriti dan fokus untuk pernikaham yang sebenarnya tidak akan pernah terjadi." Jason lalu tertawa. Diikuti Clara yang juga tertawa. Mereka lalu melanjutkan kegiatan mereka. Diiringi tawa yang menyempurnakan penyatuan cinta dua insan tersebut.
"Kamu harus menjadikanku lebih terkenal dari Maria, Jason! Dan, jangan biarkan dia kembali ke dunia entertainment lagi," pinta Clara lirih.
"Anything for you, my Baby! Akan kupastikan Maria tidak akan pernah bisa tampil di depan kamera lagi. Dia akan selalu menuruti semua mauku karena dia sangat buta oleh cintanya!" Jason membelai Clara dan mulut manisnya dengan mudah membuat wanita itu terbuai.
Maria yang sudah tidak tahan lagi melihat perbuatan mereka mengepalkan jemarinya. Emosinya sangat meluap saat ini. Hatinya begitu sakit melihat penghianatan ini. Ditambah lagi rencana jahat mereka yang ingin menghancurkan kariernya. Bahkan besok adalah hari pencatatan pernikahannya dengan Jason, tetapi Jason ternyata membohonginya.
Maria melangkah lunglai keluar dari apartemen Jason. Dia menahan diri. Dia tidak akan melabrak mereka seperti orang bodoh. Dia hanya merekam pembicaraan mereka, sebagai bukti yang nantinya akan dipergunakan untuk membalaskan sakit hatinya.
"Kamu jahat Jason! Kita bahkan telah lama bersama. Kita bahkan meniti karier bersama. Aku yang selama ini berkorban dan berjuang demi cita-citamu, kini kamu hancurkan segalanya. Apa kurangnya aku? Apa karena prinsipku yang tidak ingin disentuh sebelum menikah? Apa karena aku yang tidak bisa menggodamu dengan tubuhku seperti Clara?" gumam Maria yang bejalan gontai sambil menangis.
"Aku membencimu, Jason! Aku juga membencimu, Clara! Kalian berdua harus merasakan rasa sakitku ini. Kalian keterlaluan!" Maria bermonolog. Dinyalakannya mobilnya dan memacunya secepat mungkin. Dia ingin segera sampai ke apartemennya dan menangis sejadinya.
Suasana malam yang dingin menemani Maria berjalan menuju apartemennya. Tidak dirasakannya lagi debaran jantung seperti tadi pagi ketika dia terbangun dan dengan bodohnya bersemangat menantikan hari esok. Hari dimana dia akan mendaftarkan pernikahannya dengan Jason. Hari dimana dia akan menjadi Nyonya Andera.
*****
"Aku tidak mau tahu, Gerry! Kamu harus menemukan seorang gadis untuk kunikahi hari ini!" Suara bariton khas seorang pria dewasa terdengar penuh penekanan dalam kegelisahannya.
"Tapi, Tuan, akan sangat sulit menemukan seorang gadis di tempat ini. Bukankah semua orang yang datang kesini karena berniat menikah." Seorang pria muda berperawakan tinggi jangkung menyahuti tuan besarnya.
"Lalu, aku sekarang harus bagaimana? Bahkan Stevia Magnina meninggalkanku dan tidak mau datang hari ini untuk menikah denganku! Wanita itu benar-benar keterlaluan!"
Mike Argano, seorang pria berwajah tegas nan tampan dengan segala wibawa, kekayaan, dan kekuasaan yang dimiliki hari ini harus menelan pil pahit karena kekasihnya Stevia Magnina tidak datang untuk mendaftarkan pernikahan mereka. Stevia lebih memilih untuk mengejar kariernya sebagai penari balet dan mengikuti kompetisi internasional hari ini.
Mike yang kebingungan karena permintaan sang nenek yang mengharuskannya menikah hari ini dan membawa pengantinnya pulang, sulit untuk dia kabulkan. Mike sedang menerawang wajah sakit neneknya saat ini. Dia sudah berjanji pada neneknya yang rapuh dan renta itu.
"Gerry, sepertinya aku melihat seseorang yang aku kenal. Coba kita keluar dan mendekat ke arahnya!" perintah Mike pada Gerry Theodore, asistennya.
Mereka keluar dari mobil. Berjalan mendekati seorang wanita yang sedang duduk sendirian dan tampaknya sedang menerima telepon.
"Jason, aku sudah menunggumu selama dua jam, bagaimana bisa kamu mengatakan kalau kamu tidak bisa datang karena ada rapat mendadak?" Suara sedih Maria terdengar. Kekecewaan nampak dalam pancaran matanya. Dia sudah tahu kalau Jason tidak akan datang. Akan tetapi, Maria masih mencoba berpikir positif dengan datang ke Kantor Pencatatan Pernikahan dengan harapan bahwa Jason akan datang dan mereka jadi menikah.
"Baiklah. Kalau begitu. Aku mengerti. Sampai jumpa, Jas!" Maria menutup teleponnya. Pandangannya nanar menatap ke arah ponselnya. Tanpa disadari air matanya mengalir. Kesedihan tidak dapat disembunyikan.
"Aku begitu bodoh! Aku sudah tahu rencana jahat Jason dan Clara kemarin, tapi kenapa aku dengan tololnya datang kemari dan berharap padanya? Kamu bodoh, Maria!" gumam Maria sambil menangis.
"Nona, kalau aku tidak salah kamu adalah Maria Agatha?" Gery yang diperintahkan oleh Mike untuk mendekati Maria, mencoba untuk menyapanya.
Maria menghapus air matanya. "Iya, saya adalah Maria Agatha. Anda siapa?" tanya Maria.
"Perkenalkan, saya Gerry Theodore. Tuan saya ingin berbicara dengan anda, dan dia saat ini sedang menunggu di mobil. Karena rasanya kurang etis melihat aktris terkenal seperti anda menangis disini sendirian," tutur Gerry.
Maria tampak ragu, namun akhirnya dia mengangguk dan berjalan mengikuti Gerry menuju mobil tuannya.
"Silakan masuk, Nona Maria." Gerry membukakan pintu belakang tempat tuan besarnya berada. Maria masuk sedangkan Gerry menunggu di luar.
Maria tercengang melihat sosok pria di dalam mobil. Dia sudah terlanjur duduk di samping pria ini. Sosok dingin yang berwibawa dengan sorot mata tajam dan senyum memikatnya ini membuat Maria tidak berkutik.
"T-tuan Mike Argano?" tanya Maria tergagap.
"Iya. Aku Mike Argano, Nona Maria!" sahut Mike dengan ssnyum memikatnya. Tidak lupa tatapan bak elangnya serasa menenggelamkan siapa pun yang ditatapnya, tak terkecuali Maria Agatha.
*****