hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
MAFIA KEJAM

MAFIA KEJAM

Author:Na Herna

Novel cinta | Finished

Introduction
Namanya Lolita, dia bekerja sebagai Reporter pada perusahan media massa. Suatu hari, Wanita Cantik nan ber-perawakan Sexy itu, mendapatkan tugas menyelidiki kasus pembunuhan CEO perusahan Permen yang diduga dibunuh, oleh sekelompok Mafia bernama The Black King. The Black King sendiri merupakan sekumpulan orang yang melakukan kejahatan demi mendapatkan uang. Mereka terkenal kejam dan brutal. Misi yang diberikan Klien pun, dapat mereka tuntaskan tanpa cela sedikitpun. Hingga pada kasus meninggalnya CEO perusahan permen, Pihak berwajib pun kesulitan menemukan bukti, bahwa The black King lah dalang dari semua ini. Agar bisa menangkap pembunuh sebenarnya. Pihak kepolisian pun bekerja sama dengan para Reporter indonesia untuk menyelidiki kasus tersebut. Kali ini Lolita lah yang mengemban tanggung jawab ini. *** Pria itu terlihat marah akan perlakuan Lolita. "Jika ini yang kau inginkan, baiklah!" Seperti bom meledak, Pria itu mendekat dan membuka kaki Lolita lebar-lebar. Dia tersenyum miring sembari menurunkan celana panjangnya ke bawah. "Tidak, jangan.." Lolita menggelengkan kepalanya sembari menahan bahu Pria itu agar menjauh.  Tapi semuanya terlambat. Mereka sudah bersatu dan Pria itu melakukan dengan beringas seolah Pria itu sengaja memberikan pelajaran untuk Lolita karena berani menatangnya. *** "Tidurlah sepuasmu. Karena jika kita bertemu lagi, aku tidak tahu apakah kau bisa bangun atau tidak."
Show All▼
Chapter

Lolita duduk di bangku cafe, dihadapannya ada seorang wanita yang tampak seumuran dengannya. Diketahui orang tersebut adalah rekan Reporternya.

"Gue udah cari tahu, Ketua Mafia itu bakal datang ke klub malam ini. Ini alamat klubnya.. " Wanita tersebut menyodorkan Stiker Note kepada Lolita.

"Dan pastiin lo datang tepat waktu, sekitar jam 8 malem." 

Sambil mendengarkan perkataan Sarah, Lolita membaca alamat yang diberikan wanita itu kepadanya. "Club Deaving?" tanya Lolita menaikan satu alisnya lalu memandang Sarah.

"Iyah. Club itu ada di Jakarta Utara, dan yang boleh masuk hanyalah orang yang memiliki Member Card, " jelas Sarah santai, tak terpengaruh oleh tatapan Lolita yang memandangnya dengan heran.

"Dan lo nyuruh gue buat dateng ke sanah sementara gue gak punya member Card itu, GIRLS!" ucap Lolita menekankan kata 'girls' diakhir kalimatnya agar wanita itu sadar atas apa yang diucapkannya barusan.

"Karena itu gue udah nyiapin Member Card itu, GIRLS!" Sarah kembali mengulang kata 'girls' sembari menyodorkan Blue card dari tasnya ke atas meja untuk menunjukan kepada Lolita.

"Oh, maaf. " kata Lolita langsung menurunkan nada suaranya saat melihat Blue Card itu.

Sarah mendesah. "Gue heran, kenapa Direktur mempercayai misi ini ke Reporter kayak lo. Penampilan boleh oke, tapi otak juga dipake dong! Jangan cuma cantik muka tapi otak enggak di pake!" cemoh Sarah sinis.

Lolita tidak terima. "Enak banget lo ngatai gue. Kata siapa gue gak punya otak?!" tanya Lolita menantang.

"Lo sendiri yang ngomong. Gue enggak ngerasa tuh." Sarah terlihat santai.

"Emangnya gue sebodoh itu sampe enggak ngerti ucapan lo?" Lolita menatap tajam Sarah.

"Kalau lo merasa, Gue bisa apa?" Sarah diam-diam tersenyum. 

Lolita menggeram kesal kala melihat Sarah lagi-lagi mengejeknya. Dia tahu Sarah itu adalah seniornya, namun sejak pertama kali bertemu, hingga sekarang, entah mengapa tatapan seniornya itu selalu memandang rendah dirinya. Seharusnya Lolita berfikir, dirinya tidak boleh direndahkan seperti ini lagi.

"Dengar yah, Kakak Senior, yang katanya paling pintar itu. Gue itu enggak bodoh dan gue bakal buktiin itu dengan menyelesaikan misi ini!" sunggutnya yakin.

"Gue tunggu. Tapi gue ragu lo bisa nyelesain misi ini," Sarah menyunggingkan senyum miringnya pada Lolita.

Lolita memandang marah, Sarah. Dirinya sudah tidak tahan, dia sudah sangat ingin menyiram muka seniornya itu dengan kopi panas yang sedang diminumnya. Namun Lolita tidak melakukannya. Melainkan, Wanita berpakaian Sexy itu memilih pergi dari sanah. Tak lupa sebelum pergi, dia mengambil Blue Card yang berada di atas meja. 

Sayup-sayup Lolita mendengar suara Sarah yang melengking dari arah meja sanah.

"Dahhh.. Lolita, Jangan lupa yah, jam 8 malemnya."

Bisa-bisa wanita jelek itu tertawa saat dia pergi. Awas saja, jika dia di promosikan setelah berhasil menyelesaikan misi ini, Lolita akan menurunkan harga diri dan kepintaran cewek itu.

...

Lolita menyerahkan Blue Cardnya kepada petugas yang berjaga di depan pintu Club Deaving itu. Setelah diperbolehkan masuk, diapun mengucapkan terimakasih.

Ketika Lolita sudah berada di dalam, suasana di dalam Club sangat ramai. Suara musik DJ pun mengalun hebat di telinga Lolita. Jika sedang tidak melakukan misi, sudah pasti Lolita bersenang-senang ditempat ini.

Dia sangat ingin menari di Dance Floor itu, dan sepertinya duduk di bar sambil minum-minum cukup bagus. Namun lagi-lagi Lolita hanya bisa mengigit jari, ketika melihat apa yang dianginginkannya hanya bisa dilakukan orang lain.

Semakin dalam, Lolita masuk. Dia bisa melihat tangga menuju lantai dua dari Club Ini. Katanya Tamu VIP berada dilantai dua, itu berarti Ketua Mafia itu berada dilantai atas. Tanpa pikir panjang, Lolita pun, segera menaiki tangga tersebut.

Lolita mengedarkan pandangannya ketika sudah berada dilantai dua. Banyak ruangan yang bertulisan VIP diasanah. Sekarang, Lolita bingung, harus masuk Pintu mana untuk bertemu Ketua Mafia itu.

Namun saat Lolita sedang melamunkan tentang hal itu, tiba-tiba seseorang menggandeng tangannya.

"Lo Lolita, kan?" tanya wanita itu sembari mengajak Lolita untuk berjalan.

Lolita menatap heran Wanita itu. "Gue dibayar Sarah buat bawa lo ke tempat itu!"

Lolita menyeringit dahinya bingung. "Sarah?" tanya Lolita

memandang Wanita yang berada disampingnya. Lolita tidak menyangka Seniornya itu membantunya sampai sejauh ini. Apakah Sarah melakukan ini karena tidak mempercayainya?

"Gak usah banyak tanya, mendingan lo masuk!"

Entah sudah berapa lama mereka berhenti didepan pintu VIP.  Yang jelas, Lolita dapat melihat Rungan VIP itu tepat dihadapannya saat ini.

"Sarah bilang lo harus pura-pura jadi wanita penghibur saat di dalam. Dengan begitu Lo bisa buat Cowok itu mabuk dan bilang apa yang lo mau sebenarnya,"

Lolita mendengar perkataan Cewek itu dengan jelas. "Jadi, Sarah yang ngutus lo?" tanya Lolita tidak suka.

"Iyah." jawab Wanita itu mengangguk.

"Bilang sama dia, kalau gue nerima bantuin ini bukan karena gue enggak mampu. Tapi gue terpaksa!" setalah mengatakan hal itu Lolita membuka Pintu VIP itu namun segera ia urungkan karena ingin mengatakan sesuatu lagi pada Wanita itu. 

"Pastiin lo bilang sama Dia!" setelah mengatakan hal itu Lolita pun menutup pintu tersebut dengan sedikit keras. 

...

Lolita masuk keruangan VIP tersebut. Di dalam sanah, cahaya lampu terlihat remang-remang. Pandangan Lolita tidak begitu jelas.

Kenapa lampunya tidak dinyalakan? Aneh sekali.

Semakin jauh Lolita berjalan, ia tidak merasakan kehadiran seseorang pun di sana. Lolita pikir ia akan menyalakan lampu terlebih dulu agar tahu, apakah di sini ada orang atau tidak.

Saat berjalan kearah saklar lampu, Lolita terkaget ketika seseorang berbisik dibelakangnya.

"Siapa kau?" tanya suara berat itu dengan nada menyeramkan.

Seketika tubuh Lolita menegang. Matanya bergerak gelisah.

Apa yang harus ia katakan. Suaranya begitu menyeramkan hingga bulu kuduknya merinding. Mungkinkah itu Ketua Mafia yang dia cari?

"Siapa kau?!" tanya Pria itu kembali menggertak Lolita.

Lolita teringat ucapan Wanita yang mengantarnya kemari. Wanita itu menyuruhnya untuk menjadi wanita penghibur di sini. Yah! Ia harus melakukannya.

Lolita berbalik lalu menunjukan senyum palsunya. "Tentu saja aku Baby, kau tidak mengenaliku?" Lolita bertanya dengan nada manjanya.

"Brengsek!! Sudah ku katakan aku tidak butuh jalang sepertimu. Si Tua itu, harusnya ku bunuh saja dia!!"

Mendengar nada suaranya yang melengking keras, Pria itu sudah jelas sangat marah. Ruangan yang minim cahaya membuat Lolita tidak bisa mengenali Wajah asli Ketua Mafia itu. Sial! Padahal Lolita membutuhkan bukti Itu.

"Dengar. Kau pergi dari sini atau ku seret keluar!" Pria itu kembali mengeluarkan nada suaranya yang menyeramkan kepada Lolita sebagai ancaman untuk pergi dari sanah secepatnya.

"Tidak bisa!" Lolita menolak dengan suara tinggi.

Lolita tersadar. "Maksudku...kita belum bersenang-senangkan, Baby? " Lolita segera menurunkan nada suaranya. Ia tidak boleh pergi dari sini, ia harus mendapatkan informasi tentang Pria ini secepatnya.

"Apakah kau tidak mau bersenang-senang denganku, Baby?" Lolita kemudian mengeluarkan nada manjanya lagi pada Pria itu. Ia yakin dirinya sekarang sudah seperti Wanita penghibur kelas kakap.

"Kau ingin bersenang-senang denganku?" tanya Pria itu sinis.

"Tentu saja, Akh—" diluar ekspektasi, Lolita merasakan lehernya dicekik oleh Pria itu tiba-tiba.

"Sudah kubilang, pergi dari sini, dan kau tidak mendengarkanku!!" Pria itu semakin mengeratkan cekikannya dileher Lolita. 

"Lee...epashkan.." Lolita kesulitan bernafas. Berulangkali ia berusaha menyingkirkan tangan Pria itu dari lehernya.