hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Cinta Penebus Dosa

Cinta Penebus Dosa

Author:Nrlatifah

Novel cinta | Updating

Introduction
Lovata adalah gadis polos berusia 17 tahun, dirinya harus kehilangan kedua orangtuanya dan terpaksa tinggal dan menetap di rumah kerabat ayahnya. Kehilangan kedua orangtuanya membuat Lovata menjadi anak yang nakal dan manja. Bahkan, dia tak memiliki sopan santun sama sekali sehingga menyebabkan anak dari kerabat ayahnya yang tak lain bernama Sadewa mengalami kecelakaan dan hampir saja membuatnya harus kehilangan nyawa. Atas tindakannya tersebut, Sadewa harus mengalami kelumpuhan dan menyebabkan pernikahannya dibatalkan karena calon tunangannya meninggalkanya begitu saja. Lovata benar-benar merasa sangat menyesal atas apa yang telah terjadi. Dia berjanji akan merawat Sadewa sebagai bentuk rasa bersalahnya dan menebus semua kesalahannya. Namun, Sadewa sudah terlanjur membenci Lovata. Bagi Sadewa, Lovata adalah sumber kesialannya. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Karenamu, aku harus kehilangan masa depan!" bentak Sadewa kepada Lovata. "Aku minta maaf. Aku berjanji akan menembus semua kesalahanku," ujar Lovata penuh penyesalan. "Kalau begitu menikahlah denganku! Aku tidak ingin hidup selamnya seperti ini tanpa memiliki pendamping hidup. Tidak akan ada perempuan yang mau dengan laki-laki lumpuh sepertiku." Sebagai bentuk penebusan dosanya, Lovata harus menikah dengan Sadewa. Meskipun dia tak tahu bahwa Sadewa melakukan itu semua karena hanya ingin membalaskan dendamnya atas apa yang telah terjadi. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Sadewa memaafkan Lovata? Ataukah mungkin keduanya akan saling mencintai?
Show All▼
Chapter

"Kita mau kemana ayah? Sebentar lagi aku ada ujian!" kata seorang gadis kepada ayahnya.

"Kamu akan ikut ayah sekarang juga. Masuklah didalam mobil! Ayah telah mengemasi barang-barangmu. Kita akan berangkat sekarang!" kata Pak Reno kepada anak tunggalnya itu.

Lovata masih saja tidak mengerti kenapa ayahnya meminta agar ikut dengannya sekarang juga. Padahal ujian sebentar lagi.

"Ayah! Bisa-bisa aku tidak lulus jika tidak ikut ujian! Ini menyangkut masa depanku ayah. Kita mau kemana sebenarnya?" Gadis yang kini sebentar lagi menginjakkan kakinya di bangku kuliah benar-benar dibuat bingung dengan sikap ayahnya tersebut.

"Ayah! Memang apa yang terjadi? Dimana ibu?" sambung Lovata yang terpaksa masuk kedalam mobil dan mengikuti kemauan ayahnya.

"Ayah akan menjelaskan nanti. Sekarang kita akan pergi dari sini sekarang juga. Ayah akan menitipkanmu kepada sahabat ayah untuk sementara waktu!" jelas Pak Reno sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

"Ayah dan ibu baik-baik saja bukan? Kalian berdua tidak bertengkar lagi kan?" Lovata terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada ayahnya.

"Ayah dan ibu baik-baik saja nak. Hanya saja ada yang harus kami selesaikan dulu. Oleh sebab itu, kamu harus tinggal di rumah sahabat ayah untuk sementara waktu," jelas Pak Reno.

Sampai saat ini Lovata belum juga mendapatkan penjelasan dari ayahnya kenapa dirinya harus tinggal disana. Namun, mau tidak mau dia harus tetap menuruti perintah ayahnya itu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang sangat mewah.

"Kamu akan tinggal disini untuk sementara nak. Saya yakin bahwa kamu pasti akan menyukainya," jelas Pak Reno sambil menurunkan koper Lovata dari bagasi mobil.

"Ini rumah siapa Ayah? Kenapa ayah harus membawaku kemari?" tanya Lovata dengan wajah kebingungan. Namun, Pak Reno sama sekali tak menggubris pertanyaan anaknya itu.

Kehadiran mereka nampak disambut dengan ramah oleh Pak Setio dan Ibu Valina.

"Apa kabar Reno? Aku benar-benar telah lama menunggumu," kata Pak Setio yang nampak senang dengan kedatangan dari sahabatnya itu.

"Alhamdulillah, aku baik-baik saja," jawab Pak Reno sambil memeluk sahabatnya itu.

Mereka lalu mengajak Pak Reno dan juga Lovata masuk ke dalam rumah.

"Aku titip Lovata kepada kalian. Jika urusanku telah selesai aku akan menjemputnya lagi," kata Pak Reno.

"Kamu tenang saja, kami pasti akan menjaga Lovata dengan baik," kata Pak Setio sambil tersenyum kepada Pak Reno.

"Aku benar-benar sangat berterima kasih," ujar Pak Reno.

"Tapi Ayah... Lovata tidak mau tinggal disini!" tolak Lovata dengan mata yang berkaca-kaca. Dirinya merasa sangat sedih, bagaimana mungkin Ayahnya menitipkannya begitu saja tanpa menjelaskan apa-apa.

"Kamu tentang saja Nak'," ujar Ibu Valina sambil mengelus rambut Lovata yang sedang terurai.

Setelah mengantar Lovata ke rumah tersebut. Pak Reno lalu berpamitan untuk pulang. Rasanya begitu berat untuk menitipkan anaknya sementara waktu di tempat itu. Namun, dia terpaksa melakukan ini dengan alasan yang tak bisa dia jelaskan.

"Ayah! Aku ingin pulang bersama ayah!" rengek Lovata yang tak mau menetap di rumah itu.

"Tenanglah nak. Ayah pasti akan segera menjemputmu. Percayalah!" kata Pak Reno sambil terus meyakinkan anaknya itu.

"Tapi aku tidak mau tinggal disini. Aku tak mengenal siapa-siapa," kata Lovata memaksa untuk ikut pulang bersama ayahnya.

"Lovata, kamu tidak perlu khawatir. Disini ada kami yang akan menjagamu. Biarkan ayahmu pergi dan menyelesaikan urusanya," kata Ibu Valina meyakinkan Lovata.

"Benar apa yang dikatakan oleh tantemu nak. Kamu tidak perlu takut. Kami juga merupakan keluargamu. Kami akan menjagamu selama ayahmu pergi," ujar Pak Setio yang ikut meyakinkan Lovata.

Alhasil, Lovata akhirnya mau tinggal di rumah itu, sementara ayahnya kembali untuk menyelesaikan urusannya.

"Ayah mencintaimu nak. Kamu jangan bandel dan dengarkan apa kata Om dan Tante," kata Pak Reno sambil memeluk anaknya dengan erat. Rasanya begitu sulit untuk menitipkan Lovata kepada sahabatnya itu. Namun, hal ini terpaksa dia lakukan untuk membuat anaknya tetap aman.

Lovata nampak berlinang air mata melihat kepergian ayahnya tersebut. Pak Setio dan juga Ibu Valina nampak menenangkannya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Sekarang kamu istirahat ya, tante akan memasak untukmu," kata Ibu Valina mengantar Lovata ke kamarnya.

"Semoga kamu bisa betah disini," lanjutnya.

"Terima kasih ya tante. Oh iya, apakah tante tahu apa urusan ayah? Kenapa dia begitu nampak panik dan terburu-buru sehingga dia harus menitipkanku di tempat ini," kata Lovata nampak penasaran dengan apa yang akan dilakukan ayahnya.

Di rumahnya ada begitu banyak pelayan yang bisa menjaganya, namun kenapa ayahnya malah lebih menitipkannya ditempat ini. Pertanyaan itu terus saja terngiang dipikiran Lovata.

"Tante juga tidak tau nak," jawab ibu Valina sambil menggelengkan kepalanya.

"Yah sudah, Tante tinggal dulu yah," sambungnya lalu meninggalkan Lovata seorang diri di kamar.

Pikiran Lovata tidak tenang saat ini. Dia terus saja kepikiran atas sikap ayahnya yang mencurigakan seperti itu. Dia lalu meraih ponsel miliknya dan mencoba menghubungi ibunya. Namun sayang, ibunya sama sekali tak menjawab panggilannya.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah mungkin ada sesuatu yang disembunyikan oleh ayah dan juga Ibu kepadaku?" batinya nampak gelisah.

Lovata kemudian mencoba menelepon ke rumahnya. Berharap pelayan bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi di rumahnya saat ini. Tapi, lagi-lagi tak ada siapapun yang menjawab panggilan tersebut.

Lovata semakin dibuat penasaran dan gelisah. Dirinya benar-benar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun tak ada yang menjawab panggilannya sama sekali.

"Aku harus segera pergi dari tempat ini dan kembali ke rumah. Aku akan mencari tahu sendiri jawabannya," batinnya nekat.

"Tapi aku sama sekali tak tahu dimana aku sekarang. Bahkan aku juga tidak tahu bagaimana caranya pergi dari tempat ini," sambungnya sambil mencoba mencari cara.

Lovato lalu memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan mencoba mencari jalan keluar untuk kembali ke rumahnya. Rumah ini nampak begitu sangat besar, ada begitu banyak penjaga di setiap gerbang. Mustahil baginya untuk kabur dan pergi dari rumah ini. Namun apapun yang terjadi, dia tetap harus mencari tahu apa yang telah disembunyikan oleh kedua orang tuanya.

"Lovata, baru saja tante ingin menemuimu di kamar nak. Rupanya kamu telah ada disini," kata Ibu Valina mengejutkan Lovata.

"Ayo kita makan dulu. Tante yakin bahwa kamu pasti lapar setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh," sambungnya lalu meraih tangan Lovato dan mengajaknya untuk makan bersama.

Sontak saja Lovato mengiyakan dan menuruti Ibu Valina. Sebenarnya dia tidak nafsu makan saat ini, namun dia mencoba menghargai usaha Ibu Valina yang telah memasak untuknya.

"Makanlah nak," kata Ibu Valina yang dibalas senyum dan anggukan oleh Lovata.

Ingin rasanya Lovata minta bantuan dari Ibu Valina untuk kembali ke rumahnya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi disana. Namun dia yakin bahwa Ibu Valina tidak akan mau membantunya dan membiarkannya pergi dari rumah ini.