hotbuku

Let’s Read The World

Open APP
Mengandung Pewaris Tuan Gavin

Mengandung Pewaris Tuan Gavin

Author:Shiraa sue

CEO | Finished

Introduction
Saat terbangun dari tidurnya, Kimmy Austen mendapatkan dirinya terbangun di ranjang pria asing. Semula Kimmy berpikir bahwa ia diculik, namun akhirnya ia mengetahui fakta bahwa ibu mertuanya menjual rahimnya untuk mengandung putra seorang pria kaya bernama Gavin Dalton. Kimmy menolak keputusan itu, namun saat ia tahu bahwa Gavin menanggung semua biaya rumah sakit suaminya Kai, Kimmy menerima semua tawaran yang ditawarkan Gavin termasuk melahirkan pewaris untuknya.
Show All▼
Chapter

Seorang gadis tengah berlarian di hamparan padang rumput yang luas dan menyegarkan siapa pun yang melewatkannya. Bau kabut pagi perlahan memudar, digantikan bau matahari dengan kicauan burung yang bernyanyi riang, Sungguh pagi yang indah bukan?

Dalam tipis bias cahaya matahari, terlihat siluet dua orang yang berlarian, gelak tawa terdengar samar, namun begitu renyah dan menyenangkan.

"Kai! Tangkap aku!" teriak seorang gadis diujung jalan taman. Rambut panjangnya terlibas ke sana kemari saat ia berputar-putar didekat tiang lampu taman. Tak lama, munculah seorang lelaki, lelaki itu berambut emas dengan kulit tan dan ketampanan bak pahatan patung dewa yunani. Lelaki bernama Kai itu tersenyum lalu berlari dengan pelan ke arah sang gadis.

"Oh ayolah Kimmy, berhenti berlari. Aku lelah." Pinta pria itu dengan senyum meskipun dada bidangnya terlihat naik turun karena lelah.

"Kau lelah? Dasar pria tua! Kakek-kakek!" ejek gadis berambut hitam itu kepada sang lelaki seraya menjulurkan lidahnya layaknya anak kecil.

"Pria tua huh? Awas jika saja aku berhasil menangkapmu!" jawab lelaki itu seraya memberenggut lucu. Gadis yang begitu ceria itu hanya bisa kembali tertawa, ia bahkan sampai memegangi perutnya yang terasa terkocok karena ekspresi orang di hadapannya itu. Saat Kimmy melihat Kai hendak kembali mengejarnya, ia kembali menyiapkan ancang-ancang untuk berlari.

"Hahaha, kau tak akan bisa mengejarku Kai! Kau kan pria tua kakek-" ejek gadis itu, namun ejekan itu terhenti saat sang lelaki berteriak seraya memanggil sang gadis.

"Kimmy awas!" teriak sang lelaki

Gadis itu hanya terdiam lalu menatap kearah samping saat sebuah mobil melaju dengan cukup kencang kearahnya

'bruug ckiittt'

gadis itu terdiam. Apa yang baru saja terjadi? Pandangan gadis itu kosong, sampai ia melihat seorang lelaki berambut emas tergeletak di pinggir jalan dengan darah di kepalanya, sementara ia duduk di tepi jalan dengan lutut terluka karena lecet.

"K-kai," gumam gadis itu masih dengan tatapan bingungnya. Gadis itu beranjak namun seakan tulang kakinya meleleh, langkahnya begitu terasa sulit, kakinya begitu lemas, hingga ia harus menyeret kakinya di atas aspal kasar jalanan.

Gadis itu melangkah dengan tatapan kosong, "K-kai...."

Tubuhnya terasa membeku saat ia melihat cairan kental berwarna merah menggenangi jalanan, orang-orang yang semula berlalu lalang berhenti bahkan ada yang memutar langkahnya dan mengerumuni gadis malang yang menatap kekasihnya tergeletak di atas aspal.

"Tabrakan?"

"Darahnya banyak sekali!"

"Seseorang cepat panggil ambulans!"

Gadis itu bersimpuh di atas aspal, bulir-bulir bening begitu saja berjatuhan dari pelupuknya, bibir merahnya terbuka dengan suara pelan ia bergumam, apa yang terjadi?

"Kai ... bangun...." Gadis itu meraih wajah sang kekasih, membawanya ke pangkuannya lalu menepuknya halus berharap pria itu akan bangun. Namun pria itu tak menunjukkan sedikit pun pergerakan.

Gadis itu mengedarkan tatapannya mencari tangan pemuda itu untuk digenggamnya, "KAI!"

"KAI!"

Gadis itu terbangun dari tidurnya dengan teriakan lantang. Bulir keringat sebesar biji jagung membasahi kening dan wajah cantiknya meskipun wajah itu terlihat pucat. Deru napas yang tersengal-sengal menandakan bahwa ia sudah terlalu lama berkelana di dunia mimpi.

Gadis itu terdiam dengan tatapan kosong. Netranya berkaca, jantungnya berdegup kencang.

mimpi itu lagi....

Gadis bersurai hitam dengan poni tipis itu mengusap wajahnya, menghapus tetesan air mata yang terus saja membasahi pipinya yang tirus.

"Kai...." lirih gadis itu masih dengan tangis yang membuat siapa pun pilu melihatnya.

"Ah ... Bisakah kau berhenti menangis dan mengigau memanggil Kai, Kai-mu itu?" suatu suara lain tiba-tiba menyusup telinga gadis itu. Gadis Itu terdiam sesaat sebelum ia mulai mencerna bahwa ini bukanlah kamarnya. Dan ia tidak sendirian?!

"Baguslah jika kau sudah sadar ini di mana. Jadi bisakah kau hentikan tangis berisikmu itu? Aku harus tidur sekarang, tapi kau terus menangis cengeng seperti anak lima tahun yang ditinggalkan ibunya! Oh Tuhan, kenapa aku harus terjebak dengan gadis seperti mu?" Tanya pria itu membuat gadis itu bingung. Ia hendak bertanya, namun tenggorokannya terasa begitu kering dan sakit saat ia akan bersuara.

Pria itu berjalan menghampiri

"Jika kau ingin makan ambillah bubur di panci yang sudah aku hangatkan, bisa beri aku tempat?" tanyanya dan dengan cepat Kimmy terperanjat dari kasur itu memandang pria yang,tertidur didepannya ini dengan tatapan bingung.

"Kau siapa? Aku di-"

"Ssttt! Jangan bertanya sekarang, biarkan aku tidur sebentar!" pintanya, gadis itu sempat tercekat namun saat ia melihat dua kantung mata berwarna kecoklatan yang bergelantung di netra sayu sayu pria itu, Kimmy memilih untuk mengatupkan bibirnya segera, firasatnya mengatakan bahwa ia harus membiarkan pria ini tidur sejenak.

***

Waktu sudah berlalu cukup lama dari saat Kimmy terbangun dan bertemu dengan pria asing yang tidak ia kenal itu, sedari tadi ia tidak beranjak. Ia memilih diam di atas kasur dengan resah. Ia sungguh penasaran, apa yang terjadi padanya? Kenapa ia bisa berada di sini? dan di mana ini?

Kimmy sudah berkali-kali mengedarkan tatapannya ke setiap penjuru ruangan, memastikan apakah ia pernah singgah, atau ada satu hal saja yang bisa memberinya petunjuk di mana ia sekarang.

Apakah ia diculik? Tapi jika ia di culik kenapa penculik ini tidak mengikat tangannya? Jendela juga dibiarkan terbuka begitu saja, hingga Kimmy dapat mencium aroma matahari dari luar. Dengan pelan, Kimmy menggeser selimut yang semula menutupinya, ia berjalan ke arah pintu dan mendapati bahwa pintu itu tidak dikunci.

Kimmy melanjutkan langkahnya, ia menoleh kanan kirinya, rumah ini berdesain vintage, dan sederhana. Di samping pintu kamar, ia melihat nakas kayu dengan tiga susun laci. Di permukaan nakas itu, terdapat foto-foto yang di bingkai kayu pernis.

Entah kekuatan apa yang dimiliki  Foto-foto itu hingga membuat Kimmy tertarik untuk melihatnya lebih dekat. Ia mengambil foto yang menunjukkan seorang pemuda tampan yang diapit oleh sepasang suami-istri. Senyum pemuda itu begitu senang hingga menampilkan sabit bulan yang manis.

"Aku lupa mengatakan bahwa salah satu rules, untuk hubungan bisnis kita ini adalah, tidak boleh menyentuh barang-barangku tanpa izin."

Kimmy nyaris meloncat dari tempatnya berdiri saat ia mendengar suara berat tepat dari belakang tubuhnya. Karena terkejut, Kimmy melangkah mundur dan menemukan bahwa punggungnya menabrak dada bidang seseorang yang keras.

Kimmy mengangkat wajahnya perlahan, menemukan wajah dengan tulang tegas, menunduk menatapnya dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.

Dalam keterperangahan Kimmy, Pria itu menarik bingkai foto di jari-jari Kimmy sedikit kasar.

"Jadi bagaimana? Kau ingin kita melakukannya sekarang?" Tanya pria itu masih dalam posisi yang tidak berubah.

Kimmy mengerutkan alisnya bingung, ia bahkan belum mengerti apa yang terjadi padanya, dan sekarang pria ini malah menanyainya hal aneh?

Merasa risih dengan jarak tubuh mereka yang terlampau intim, Kimmy membawa tubuhnya sedikit menjauh, namun belum sempat ia melangkah, ia merasakan ada tangan kekar yang mengunci pinggang rampingnya.

"Mau kemana, kau?" Pria itu bertanya dengan nada biasa, tak ada penekanan atau bentakan, namun mengapa di setiap kata yang  diucapkan pria itu, berhasil membuat Kimmy bergetar?

"A-apa yang kau lakukan? S-siapa kau?" Tanya Kimmy menatap iris hitam yang tidak melepaskan tatapannya itu dari Kimmy, seperti elang yang hendak menerkam mangsanya.

"Ck, berpura-pura lupa? Atau sedang melakukan role play?" Tanya pria itu lalu memutar tubuh Kimmy dan menyentaknya hingga menabrak tubuhnya secara tiba-tiba. Detik selanjutnya pria itu mengecup bibir Kimmy dan menggoda dua gundukan dibalik pakaian Kimmy tanpa izin.

Tiba-tiba bunyi tamparan nyaring terdengar, "Apa yang kau lakukan?!" Tanya Kimmy menatap wajah yang terhempas ke kanan itu dengan tatapan nanar.

Pria itu menyentuh sudut bibirnya yang sedikit terluka, lalu balas menatap Kimmy dengan tatapan merendahkan.

"Harusnya, aku yang bertanya, apa yang baru saja kau lakukan, penjual rahim?"